Cerita Promil, Perjalanan menuju kehamilan (long story short, I finally got pregnant)

Wii nggak nyangka akhirnya saya “buka mulut” juga tentang perjalanan usaha kami untuk memiliki keturunan. Jika ada yang belum tau, apakah saat ini kami sudah berhasil? Alhamdulillah jawabnya saat ini saya sedang hamil 37 minggu atau 9 bulan, lebih 1 minggu (kali ada yang malas berhitung kan, seperti dulu saya kalau tanya orang “berapa bulan?”, trus dijawab minggu suka sebel, "emang gw pikirin, jgn bikin aku berhitung lah" haha). Saat ini memang si baby belum lahir, namun InsyaAllah dalam beberapa hari lagi dia akan hadir ke dunia, jadi tujuan saya share ini sekalian memohon doa baik dari kalian semua, semoga sisa kehamilan saya dilancarkan dan dimudahkan saat persalinan nanti, sehat ibu & bayinya. Amiin…

November 2012

Saya dan mas Adin menikah 10 November 2012, berarti sudah berapa tahun? Hitung sendiri coba, pinter-og. Di awal pernikahan kami tidak langsung bertempat tinggal di rumah sendiri. Saat itu 2,5 tahun  saya tinggal di PMI (pondok mertua indah) dan hasrat untuk punya anak memang belum ada. Mungkin hal ini aneh di mata masyarakat Indonesia yang jujur berdaulat, adil dan makmur. Namun memang saat itu, itulah yang saya rasakan. Beberapa teman atau saudara yang saat saya nikah mereka masih jomblo, bahkan sudah duluan “membalap” dengan punya anak. Mama saya sering kasi tau “eh si itu udah hamil lo” atau “si itu anaknya udah lahir lo, kamu nggak pengen?”. Tapi saya masih cuek, “ya itu kan hidupnya mereka” jawab saya. Terdengar angkuh dan menyebalkan memang.

April 2015

Alhamdulillah kami pindah rumah ke Rumah Berbi yang sampai saat ini kami tempati. Dari sini hasrat punya keturunan dimulai. Saat itu posisinya saya sudah pernah konsultasi ke SpOG perihal Keputihan yang saya derita. Jadi ceritanya saya sempat kena Keputihan karena saat itu sering jaga stan Segi Empat Hijab di salah satu mall. Almost everyday dari bukaan toko sampai tutupan toko, means dari pagi bukaan mall sampai malam tutupan mall atau kalopun nggak ikut bukaan dan tutupan sebagian besar waktu saya habiskan disana. Sering pakai kamar mandi umum tentu bikin higienitas saya kurang terjaga. Singkat cerita Keputihan saya diobati sekalian saya konsultasi tentang kesuburan. Waktu itu saya periksa di RS. Husada Utama Sby sama dr. Didi Dewanto SpOG. Dari hasil pemeriksaan tidak ditemukan masalah, dalam artian saya sehat, sel telur saya ada di kiri & kanan, sikluas haid selalu lancar, tidak pernah terlambat, tidak ditemukan kista atau miom. Intinya dari pemeriksaan USG saya sehat, Alhamdulillah.

Juni 2015

Selama periode 2015 ini kami mulai serius untuk “bikin” anak. Usahanya mulai dari rutin memeriksakan diri ke dr. Didi, berhubungan di masa subur, tanggalnya ikutin saran dokter atau kadang kalo pas lagi nggak konsul ya di hitung sendiri. Beli alat Ovulation test mulai dari yang media urine sampai media air liur, supaya pas harinya. 
Bentuknya mirip alat testpack biasa, cara pakai pun sama, bedanya alat ovulation tes ini mendeteksi kadar hormon LH. Kalo alat testpack kehamilan mendeteksi Hcg.

Sama-sama mendeteksi kadar LH, bedanya alat ini pake media air liur, tinggal jilat aja, lebih canggih, lebih mahal tapi jatohnya murah karena bisa dipakai berkali-kali.
Minum vitamin penyubur sesuai resep dokter. Mengurangi junk food, dll. Upaya umum yang biasa dilakukan orang kalo pengen hamil gitu lah… Juni 2015 dr. Didi menyarankan saya untuk tes HSG untuk melihat apakah ada sumbatan di kedua tuba falopi saya, yang bisa menghambat jalannya sel sperma menuju ovum. Hasilnya kedua tuba saya paten artinya tidak ada sumbatan di keduanya, Alhamdulillah lega. Mas Adin pun bukan perokok dan sudah beberapa kali melakukan cek Analisa Sperma/Sperm Analysis (SA). Intinya dua-duanya sudah di periksa.

April 2016

Upaya alami nggak kunjung berhasil, dr. Didi menyarankan kami untuk melakukan tindakan Inseminasi atau biasa disebut Intrauterine Insemination (IUI) agar harapannya dengan metode ini chance keberhasilan kami semakin besar. April 2016 kami melakukan Inseminasi akhirnya gagal. Wow ini adalah kegagalan pertama sekaligus sangat menyakitkan hati untuk saya, karena saya sudah banyak berharap dengan upaya ini. Sedihnya waktu itu 1 minggu full saya nangis. Karena saya merasa sudah keluar uang banyak, capek emosi, capek fisik mulai dari mengantri rumah sakit sampai jarak yang harus saya tempuh dari rumah saya ke RS. Husada Utama cukup jauh, dan kekesalan lainnya.

Padahal… padahal nih ya prosentase keberhasilan dengan metode Inseminasi ini hanya 20%-40%, tapi tangisan saya udah ABG diputusin cinta pertama trus ga lulus Ujian Nasional pula. Mungkin karena sudah terlalu berharap dan gagal. Rasanya malu, tapi malu ke siapa, orang saya nggak ada cerita ke siapa-siapa (kecuali orang tua & teman dekat). Rasanya aku sudah menjadi manusia gagal. hehe… cemen ya, kalo inget dulu pengen ketawa rasanya. Padahal ini masih tahun 2016, urusannya baru kelar tahun 2019. Selama 3 tahun kedepan kegagalan yang akan saya hadapi lebih dahsyat lagi loh…

Mei 2016

Setelah kegagalan Insem di bulan lalu, Mei 2016 kami langsung mulai program lagi. Kali ini kami berganti dokter. Karena saya merasa yang sebelumnya jarak rumah sakitnya terlalu jauh dan jadwal konsultasi selalu pagi, saya selalu pergi sendiri tanpa di temani mas Adin. Kali ini kami ke Prof. DR. dr. Budi Santoso SpOG (K) atau singkatnya dipanggil Prof. BUS di Klinik El-Shafi, Jl. Raya Jemursari 142, Surabaya. Kami datang membawa semua riwayat catatan medis. Dari Prof. BUS saya berharap problem kegagalan kami dapat ditemukan sehingga solusi pengobatannya jelas. Seperti umum dilakukan oleh semua pasien, hal yang selalu di cek adalah USG. Dari hasil USG pun Prof. Bus intinya bilang “Ok, nggak ada masalah”. Sampai saat konsultasi akhirnya Prof. Bus bilang, kira-kira begini “jika dilihat dari history dahulu memang semuanya kelihatan tidak ada masalah, USG barusan juga baik-baik saja. Tapi berhubung usia pernikahannya sudah hampir 4 tahun dan belum pernah hamil, pasti ada sesuatu. Saya tidak bisa mendiagnosa langsung kecuali kita lakukan Laparoskopi”. Woow apatuh? Saya mulai panik kedengarannya bukan prosedur biasa.

Jadi Laparoskopi adalah operasi dengan invasi minimal/sayatan kecil untuk melihat isi perut. Jenis operasi yang disarankan oleh Prof. BUS adalah Laparoskopi Diagnostik yang gunanya untuk menemukan permasalahan apa sih sebetulnya yang selama ini menghambat kehamilannya. Karena jika dilihat dari permeriksaan USG & laboratorium, tidak nampak masalah pada saya, namun bisa jadi berbeda kondisinya jika isi perut saya dilihat secara langsung, karena bagaimanapun juga menemukan permasalahan itu penting untuk mengetahui tindakan medis apa yang kedepan harus dilakukan. Analoginya sama seperti jika ingin memperbaiki mobil mogok orang bengkel harus tau masalahnya dimana kan?!. Nah tujuan Laparoskopi diagnostic ini juga untuk mencari tahu masalah ketidaksuburannya sebetulnya ada dimana. Prof. Bus curiganya saya ada Endometriosis (kista coklat), karena kecenderungan kista ini tidak dapat terlihat oleh USG, namun jenis kista ini sangat mengganggu kelancaran program peranakan.

Lalu saya bertanya ke Prof. BUS “Klo misal habis di Laparoskopi ternyata nggak ditemukan apa-apa gimana dok?”. Masa’ habis dibuka, langsung tutup lagi trus mbayar pula’ puluhan juta pikir saya.
Kemudian Prof. Bus menjawab yang intinya, kalaupun tidak ditemukan permasalahan, nanti akan saya lakukan washing womb (maaf penulis lupa istilahnya), intinya saluran peranakan saya di semprot pake cairan biru, fungsinya semacam untuk pembersihan gitu (lupa pula’ nama & istilahnya cairan apa). “Biasanya setelah di washing ini banyak pasien saya yang berhasil hamil alami”. Hmm.. iming-iming yang sangat menggiurkan. Prof. Bus menjelasakan tentang Laparoskopi dengan Bahasa se-simple mungkin kepada saya, tanpa memaksa kapan saya harus mulai. Saya di suruh pikir-pikir dulu, tanpa diberi deadline, nggak harus langsung ambil kesimpulan saat itu juga. Saya juga disuruh lihat video laparoskopi lewat youtube supaya punya bayangan operasinya bakal seperti apa. “Operasinya cuma 45 menit-1 jam lah kira-kira, tidak perlu opname juga, habis operasi langsung pulang”. Kata beliau.

Itu baru kunjungan pertama kali saya ke Prof. Bus dan langsung dihadapkan realita saya disarankan Laparoskopi. Sebagai manusia sehal wal afiat yang jaraang bgt sakit, manusia yang nggak pernah di opname & di infus seumur hidup. Saya shock donk, perasaannya campur aduk, antara takut, was-was, sedih, sebel dan marah. Tapi di satu sisi untungnya saya cukup realiastis dengan menganggap omongan Prof. Bus ada benarnya. Kalaupun saya harus pindah dokter lagi hanya untuk mencari “angin segar” progress saya tidak akan ada kemajuan. Sedangkan selama 4 tahun ini saya belum pernah hamil. Jikapun mudah bagi saya untuk hamil alami, dengan berbagai upaya yang sudah kami coba, ya pasti udah jadi dari dulu donk. Saya pun sempat berfikir mendingan enak wanita-wanita yang ketauan masalahnya apa, biar bisa langsung diobati, daripada kaya’ saya, masalah infertilitasnya katanya nggak ada tapi nggak kunjung hamil juga dan malah harus ‘umek-i’ ama urusan cari masalahnya apa. Naudzubillah… belakangan saya sadar bahwa orang yang jelas ketauan masalahnya apa itu juga belum tentu pengobatannya mudah. Intinya sama-sama nggak enak.

Butuh waktu 3 bulan bagi saya untuk mengambil keputusan apakah saya mau di Laparoskopi atau tidak, lagipula waktu itu terpotong Ramadan & Lebaran Idul Fitri. Mas Adin nggak berani memaksa, dia menyerahkan segala keputusannya sama saya, karena merasa sayalah yang akan menjalani. Hingga akhirnya saya bilang Ok, aku mau Laparoskopi. Klo nggak gini, kita nggak punya progress maju.

Agustus 2016

Saya menjalani Laparoskopi. Ini pertama kalinya saya di infus, runtuh juga akhirnya pertahanan saya terhadap jarum infus :D. Pagi hari saya sudah di RS. Kendang Sari Sby. Operasi dilakukan sore hari kira-kira jam 16:30. Ini pertama kalinya saya merasakan yang namanya bius total, alamaak… ngefly… enak ugha rupanya :D. Operasi memakan waktu +- 50 menit saja. Setelah itu saya dipindah ke ruang pemulihan, sadar tapi masih ngantuk, saat sudah bisa berdiri saya pulang kerumah malam itu juga. Kapan-kapan cerita tentang Laparoskopi lebih detail akan saya bikin dipostingan tersendiri.

Dari hasil Laparoskopi ternyata ditemukan bahwa ada kista. Jenisnya Kista Dermoid yaitu kista yang terdapat jaringan tubuh di dalamnya. Bisa rambut, bisa kuku, gigi, dll. Kebetulan yang di saya rambut. Wow rambutnya siapa tuh? rambutnya Gendruwo!. Kondisi medis seperti ini memang ada, biasanya kalo orang awam yang biasa percaya hal 'klenik' pasti menganggap bahwa ini adalah akibat santet. Kalo ada yang bilang gitu iyain aja deh, biar cepet. Hehe… Lalu ditemukan lagi bahwa terdapat sumbatan akibat pelengketan di tuba falopi kanan saya. Alias tuba kanan saya non-paten. Dugaan Prof. Bus tentang Endometriosis (kista coklat) justru tidak ditemukan.
Jaringan kista saya di periksa di laboratorium patologi. Alhamdulillah hasilnya tidak ada unsur sel berbahaya (seperti misal kanker dll).

Beberapa hari kemudian, setelah dapat hasil lab waktunya saya berkonsultasi dengan Prof. Bus.

Prof. Bus bilang bahwa jaringan kista sudah diambil, apakah itu penyebab utama selama ini saya sulit beranak atau tidak ya Waullahualam, karena buktinya banyak juga wanita yang jelas-jelas ada kista kelihatan dari USG aja bisa beranak dengan mudahnya, tidak perlu sampai operasi dan biasanya jaringan kista akan keluar bersamaan saat melahirkan. “Yang penting sudah saya ambil”, begitu kata beliau.

Trus tentang sumbatan di tuba kanan. Kenapa bisa ada sumbatan, padahal dulu saya sudah pernah HSG & dua-duanya tuba saya dinyatakan tidak ada sumbatan. Saya harus percaya yang mana dong? Kira-kira kalau kalian jadi saya, kalian lebih percaya yang mana?. Pengennya mempercayai hasil lab yang bilang dua-duanya tidak ada sumbatan, tapi bagi saya kenyataan sepahit apapun jika lebih realistis harus diterima. Saya lebih percaya hasil operasi, karena dilihat langsung dengan mata. Prof. Bus bilang “dengan 1 tuba pun chance untuk hamil tetap sama kok seperti 2 tuba”. Dalam ati w, “masa’ sih sama, bukannya harusnya tinggal 50% ya?!”. Tapi berhubung yang bilang dokternya (bukan pakar telepati apalagi dukun Ponari) ya w iya..iya aja donk. Jadi sumbatan di tuba kanan itu nggak diapa-apain alias di biarkan saja. Memang sih, saya juga pernah tau beberapa wanita yang akhirnya bisa hamil dengan 1 tuba, seperti misal April Jasmine istrinya ustd. Solmed itu saat hamil anak pertamanya, hanya mengandalkan 1 tuba tapi buktinya berhasil hamil alami.

Prof. Bus bilang, dalam waktu 6 bulan ini kami tidak perlu kembali untuk program, karena biasanya banyak pasein saya yang berhasil hamil alami setelah kistanya diangkat & dibersihkan perutnya. “banyak mbak pasein saya yang akhirnya bisa hamil alami, bahkan kira-kira dalam waktu 2-3 bulan setelah operasi biasanya”. Amiin..! InsyaAllah.

November 2016

Anniversary pernikahan kami yang ke 4, tepat 3 bulan after Laparoskopi. Hasilnya? Kriik…kriik…kriik…! Saya belum juga hamil. Saya mulai gelisah dan merasa apa yang saya upayakan kemarin sia-sia. Jangan tanya gimana perasaan saya, yang pasti sedih, tapi nggak sampe gila, karena bagaimanapun juga menurut saya seseorang yang lama nggak punya anak itu nggak selamanya pikrannya 24h/day, 7d/week, 12m/year melulu tentang “gimana caranya beranak”. Mereka juga hidup seperti manusia normal kok.

Desember 2016

Mas Adin tiba-tiba beli tiket PP ke Amsterdam untuk keberangkatan April 2017. Asli ini seneng bgt, karena kami memang udah lama pengen backpackeran lagi. Lagipula refresh lah dari semua kegiatan yang telah kami lalui, we deserve enough, right? Right or not?.

Karena yang namanya backpacker itu pasti lelah dan gempor, kondisi fisik tentu harus kuat. Motivasi saya untuk jogging tiap pagi kuat bgt waktu itu. Biar kuat pas jalan-jalan di Eropa plus motivasi lainnya, kali aja bisa kurus biar pas di foto bagus, gitu pikir saya haha... Akhirnya tiap pagi saya rutin jogging. Lupa sama program peranakan… "Apa itu program peranakan, cuiih….!". Karena se-happy itu mau liburan padahal masih 4 bulan lagi.

Sampai saat suatu pagi saya jogging saya merasa nggak seperti biasanya, payudara saya sakit bgt dibuat lari, dibuat naik-turun tangga sakit, dibuat lompat-lompat juga sakit. Kesenggol aja sakit, aneh. Ukurannya pun membesar. "Hwaa.. busyet kena penyakit apa w…?!" singkat cerita, haid saya telat dong 5 hari. “eh kok tumben telat… padahal kan akyu sekarang rajin olahraga”. Lagipula memang siklus haid saya selalu datang teratur. “wah waktunya test pack nih..” pikir saya. Selama ini saya nggak pernah takut test pack. Jika kebanyakan wanita takut test pack karena takut kecewa saat melihat garis satu. Saya justru biasanya bercepat-cepat untuk testpack, karena bagi saya haid telat itu juga nggak baik untuk kesehatan, sehingga klo tau hasilnya garis satu, saya justru akan mengupayakan supaya haid saya segera datang. Supaya siklusnya nggak berantakan. Haid itu memang nggak enak, tapi klo nggak haid lebih nggak enak rasanya, wanita pasti paham.

Testpack deh saya, eh… eh.. eh… hasilnya ada dua garis merah dong, samar, tapi kelihatan. Eh beneran nih?!. Hari itu juga saya langsung cabut ke RS Kendang Sari, pengennya periksa ke Prof. Bus, tapi ternyata beliaunya sedang di Eropa. Jadi ketemu sama Dr. Fachri SoOG, di USG, belum kelihatan katanya. “wajar bu karena masih muda, mungkin baru 4 minggu, belum kelihatan biasanya, kembali 2 minggu lagi ya”. Emm.. yasudah deh. Saya lanjut ambil visa & paspor saya di VFS sambil malamnya menyiapkan surprise ala-ala untuk mas Adin wkwkwk…
Surprise kala itu wkwkwk.

Januari 2017

Saya menjalani hari dengan bahagia, bagun pagi senyum-senyum terus, sambil nggak sabar nunggu control 2 minggu, rasanya lamaa bgt. Kegiatan jogging ringan saya ganti dengan jalan pagi, sambil mikir “4 tahun ternyata saya sudah di beri amanah hamil, iih kok cepet sih YaAllah…”, idiihh… GeEr, tidak semudah itu Maria Ezmeralda.

Hingga suatu hari di Jumat sore saya nge-flek. Mulai dari bercak keciil, seujung kuku, tapi saya takutnya bukan main. Mas Adin sedang ke luar kota pula’ tuh 3 hari (Jumat, Sabtu, Minggu). Ngapain hayo ke luar kota pas weekend?, ada yang bisa tebak? hehehe. Otomatis saya sendirian. Mau ke RS gimana caranya, katanya disuruh bedrest, mau tanya ke dokter tanya ke siapa? Takuut bgt. Sampai akhirnya baru bisa ke RS dekat rumah hari Minggu malam di temani mas Adin yang baru landing dari luar kota, saat itu fleknya sudah lebih banyak dibandingkan hari Jumat.

Dokter memeriksa, sampai akhirnya dokter bilang "ini Abortus Imminens bu, ada kantungnya tapi bentuknya sudah nggak bundar, ini sudah peyot-peyot", “bed rest aja ya bu”, dokternya mengingatkan. Astaghfirullah…

Februari 2017

Di hari Senin saya kembali ke RSIA Kendangsari Surabaya menemui Dr. Fachri SpOG. Beliau memeriksa, dan memang betul rupanya kantung kehamilannya tidak ada isinya. Saya sedih sekali, saya merasa sangat bersalah karena tidak dapat mempertahankan kehamilan ini, saya gagal, saya tidak bisa menjaga calon anak saya. Macam2 pikiran jelek saya saat itu. Tapi MasyaAllah dr. Fachri orangnya positif sekali. beliau menjelaskan bahwa jika terjadi abortus di kehamilan usia under 12w itu bukan salah ibunya yang tidak bisa menjaga, tapi memang karena kromosom penyusunnya yang kurang baik, bisa dari kualitas sperma atau kualitas sel terlurnya yang jelek. Sehingga embrionya tidak dapat tumbuh sebagaimana mestinya. “Walaupun ibu kerjaannya hanya bedrest aja, tapi klo si embrio ini tidak tumbuh maka tetap akan luruh dengan sendirinya, itu tetap akan ngeflek. Nyetir mobil itu hanya triggernya saja” kata dr. fachri. (saat saya ngeflek itu memang habis nyetir btw). ini salah satu seleksi yang sistemnya sudah di desain sama Allah bu, bahwa embrio yang jelek otomatis akan dibuang oleh tubuh kita, daripada misal tumbuh tapi banyak kegagalan fungsi di tubuhnya” kata dr. Fachri lagi. MasyaAllah, jadi jika kita masih mau berhusnuhzon kepada Allah ya, banyak yang harus di syukuri. Mengetahui bahwa akhirnya saya bisa hamil dengan cara alami 5 bulan pasca Laparoskopi itu sudah merupakan mukzizat dari Allah. Terlepas dari cara Allah mengambil rejeki saya, saya yakin di kemudian hari Allah akan menggantinya di lain waktu.

Saya tidak dikiret, hanya diresepin obat peluruh aja, karena dr bilang “ini kan sudah bisa hamil alami setelah 4 tahun, bisa hamil artinya bagus, klo di kiret nanti takutnya sel-sel baiknya ikut terambil juga. Apalagi masih kecil bgt, kantung kehamilannya belum ada isinya, jadi minum obat aja ya bu. InsyaAlllah biasanya pasien saya 3-6 bulan bisa hamil lagi”. Tidak ada larangan dari dokter untuk saya berhubungan setelah kiret obat.

Januari 2018

Lumayan lama jarak off program kali ini, karena kami masih berharap bisa hamil alami lagi setelah keguguran, tetapi nyatanya sudah 1 tahun nggak kunjung hamil juga. Akhirnya kami kembali lagi ke Prof. Bus. Karena kali ini kami kembali dengan riwayat keguguran, maka Prof. Bus menyarankan mas Adin untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke sp. Androlog. Karena dikhawatirkan, penyebab keguguran yang lalu adalah faktor dari kromosom spermanya yang jelek.

Kami di rujuk ke dr. Lunardi, Sp.And. (dr. Lun). Beliau menyarankan mas Adin untuk melakukan tes sperma yang saya lupa istilah namanya, pokoknya intinya si sel sperma itu di belah trus di analisa DNAnya gitu, ada kerusakan atau tidak. Beda dengan sekedar analisa sperma biasa, ini lebih detail. Dari segi harga pun beda. Klo analisa sperma (sperm analytic) biasa harganya sekitar 250-500rb (tergantung lab). Klo tindakan analisa DNA sperma ini biayanya 1,1 juta.

Seminggu kemudian hasil DNA sperma keluar. Dr. Lun bilang bahwa tidak ada masalah yang berarti, beliau pun memberi saran kembali ke prof. Bus bahwa pasien ini bisa disarankan untuk hubungan alami saja atau mencoba inseminasi lagi atau bahkan boleh-boleh aja kalo mau bayi tabung, mengingat usia pernikahan sudah 6 tahun. Itu catatan dari dr. Lun.

Kami kembali ke prof. Bus. Oya, eniwei antara dr. Lun & prof bus itu prakteknya di satu atap atau klinik yang sama, jadi dalam 1 hari kami langsung konsul ke 2 dokter. Kembali ke Prof Bus, setelah membaca rekomendasi dari dr Lun, beliau pun bilang  yang intinya “monggo terserah mau mencoba yang mana”. Karena kami pikir insem pertama dulu kami lakukan sebelum laparoskopi dan gagal, kali ini kami ingin mencoba inseminasi ke-2 after laparoskopi.

Februari 2018

Ini inseminasi yang ke-2 buat saya. Berbekal pengalaman inseminasi yang pertama, saya benar-benar mempersiapkan mental di inseminasi kali ini. Saya realize bahwa probabilitas keberhasilan inseminasi ini lebih tinggi dari hub alami tapi juga nggak tinggi-tinggi bgt.

2 minggu setelah inseminasi saatnya test pack atau tes hormon Beta hCG. Sebelom tes saya sudah test pack duluan, tanpa rasa was-was, karena saya merasa tidak ada perubahan hormon dalam diri saya. Hasilnya negatif (-), saya gagal lagi di inseminasi ke-2. “ah mungkin test packnya keliru, kenapa nggak cek Beta hCG dulu sih Tan?, kali aja testpacknya yg keliru/di awal-awal memang suka belum kelihatan!”. Nggak perlu, karena haid saya langsung datang. Haid saya tidak pernah ingkar :D. “gimana rasanya gagal inseminasi yang ke-2?”, rasanya kali ini biasa saja. Serius tidak ada tangisan, hari-hari berjalan seperti biasa. Dan saya pun menganggap bahwa bagi saya inseminasi adalah sebuah kegiatan ML berbayar, karena nggak ngaruh apa-apa buat saya hahaha...

Bahkan saat hari ke2 haid saya langsung ke prof. Bus lagi, intinya bilang kalo saya gagal, “trus what’s next dok?”. Nah kali ini Prof. Bus benar-benar menyarankan kami  untuk melakukan program bayi tabung saja, karena menurut beliau jika melakukan insem lagi hasilnya tidak akan jauh berbeda. Mengingat kami sudah 6 tahun jadi rekomendasi kali ini adalah bayi tabung. Prof. Bus memberikan penjelasan bayangan tindakan demi tindakan apa yang harus kami jalani. Memberikan gambaran biaya juga. Tapi untuk waktunya, seperti biasa Prof. Bus tidak memaksa, whenever we ready.

Masih Februari 2018

Mengetahui rekomendasi dokter bahwa kami disarankan bayi tabung (IVF), tidak membuat kami down. Kami sudah sangat siap dengan saran ini. Tetapi masalahnya, apakah saya harus melakukan program bayi tabung (IVF) di rumah sakit yang jaraknya jauh dari rumah saya?. Saya tidak ada masalah sama sekali dengan Prof. Bus, bahkan saya sudah kadung “jatuh cinta”, karena beliau orangnya sabar, fokus, dan niat membantu. Dalam sesi konsultasi pun penjelasannya selalu detail, tidak pernah buru-buru menyudahi sesi konsul walaupun pasiennya banyak. Dari lubuk hati yang paling dalam rasanya saya nggak rela jika harus move on dari Prof Bus.

Tapi mengingat bayi tabung adalah proses yang memakan tenaga, biaya, waktu, komitemen dan butuh kesabaran ekstra. Pertimbangan jarak antara rumah dan rumah sakit perlu jadi pertimbangan. Begitupun jadwal praktek dokternya dan sistem antriannya. Jika dulu saat pertama program dengan dr Didi Dewanto di RS. Husada Utama, jadwal praktek selalu pagi menjelang siang, jam 9-12 gitu. Tidak ada masalah dengan jam sebetulnya, tapi saya jadi tidak pernah ditemani suami saat kontrol, karena jam kerja & jaraknya jauuuh bgt dari rumah saya. Kali ini jika harus IVF sama Prof Bus, pertimbangan saya juga tentang jarak.

Eniwei, saat itu di media sosial sedang banyak artis yang melakukan bayi tabung di Klinik Bayi Tabung Morula Jakarta.  Iseng-iseng lah saya browsing, ada nggak sih klinik Morula ini di Surabaya. Eeh ternyata Morula IVF Surabaya sudah ada sejak November 2012 (nah ini kan pas saya nikah) dan mulai Juli 2017 klinik Morula IVF Surabaya pindah ke National Hospital Surabaya. Ya ampun kemana aja deh... National Hospital kan deket bgt dari rumah.

Maret 2018

Saya ke Palembang karena adik saya menikah. Di bulan ini sekaligus saya bilang ke mas Adin tentang bagaimana rencana kita selanjutnya. Mas Adin bilang kalaupun kamu sudah siap untuk melakukan IVF silahkan saja, karena lagi-lagi gini ini emang subjek paling “menderita” adalah istri. “kapan pun kamu siap, terserah kamu”.

Kamu mau program dimana emangnya? Tetep sama Prof. Bus atau ke Morula IVF Surabaya?” tanya mas Adin. Naah disini saya galau lagi. seperti saya bilang sebelumnya kalo saya sudah terlanjur “jatuh cinta” ke Prof Bus. Berat rasanya mau pindah. Tapi disisi lain Morula IVF Surabaya terlihat begitu menggiurkan, saya pun sudah melakukan riset tentang profile dokter-dokternya, sama bagusnya.

Pertimbangan yang memberatkan saya untuk tetap di Prof. Bus adalah jarak. Mengingat tindakan suntik-suntik klo IVF itu dilakukan sore hari, pukul 6-7 malam. Saya keder duluan membayangkan stressnya saya di tengah kemacetan kota di jam-jam pulang kantor.
Sebaliknya pertimbangan yang memberatkan saya untuk pindah ke Morula Surabaya adalah pindah dokter artinya bisa jadi beda treatment, “kalo disuruh mulai dari awal lagi gimana donk?”. Sampai sini saya benar-benar bingung. Saya sampai melakukan sholat Istikhoroh lo buat menentukan hehe... kalo udah begini memang hanya bisa minta tolong sama Allah SWT jawabnya.

April 2018

Ternyata klinik Morula IVF Surabaya punya akun Instagram yang lumayan up to date (@morulaivfsurabaya). Dari teman, saya mendapat info bahwa Morula IVF Surabaya akan mengadakan seminar dalam waktu dekat, di bulan April ini. Tanpa banyak pikir saya dan Mas Adin datang, “cuma datang aja kan? Belom tentu langsung OK, pikir saya”. Ini adalah seminar pertama yang saya datangi di Morula IVF Surabaya, ternyata pesertanya banyaak MasyaAllah, seketika saya langsung merasa tidak sendirian. Ada penjelasan ilmiah tentang apa itu IVF dari 3 dokter Morula, yaitu Dr. dr. Amang Surya, SpOG, F-MAS., dr. Ali Mahmud, SpOG, K-FER., dan dr. Benediktus Arifin, MPH, SpOG, FICS. Acaranya dikemas fun, tidak melulu penjelasan yang membosankan, ada games, giveaway, tanya-jawab dan yang paling penting adalah sesi sharing dari para peserta (nggak semua peserta) dan testimoni dari “alumni” Morula IVF Surabaya. MasyaAllah rasanya, beban saya ini nggak ada apa-apanya dibandingkan mereka yang menunggu belasan tahun, berkali-kali gagal, dan problemnya complicated.
Tempatnya nyaman, bersih & modern.
Dan di akhir acara, Morula IVF Surabaya bagi-bagi diskon promo untuk yang sign up hari itu. Terjeratlah saya dalam buaian diskon haha. Bismillah pikir saya.

Dua hari setelah seminar, saya haid. Memang saat terbaik untuk pemeriksaan program kehamilan adalah satang saat hari pertama, kedua atau maksimal ketiga haid. Saya datang untuk kontrol ke Morula di hari ketiga haid. Saya menemui Dr. dr. Amang Surya, SpOG, F-MAS (dr. Amang). Suster PIC saya adalah Suster Intan (kebetulan namanya sama). Dr. Amang menyambut dengan ramah. Saya membawa semua history medis saya sebelumnya. Beliau menganalisa, lalu menyarankan saya untuk segera memulai di bulan ini saja, karena setelah USG dilihat telurnya ada, jadi klo mau saya bisa langsung cek lab pagi itu juga dan sore nanti akan dikabari hasil lab hormonal saya. Apakah dapat dimulai langsung atau masih ada yang harus di perbaiki. “hah hari ini juga dok, cepat sekali? Saya belum ada persiapan apa-apa?” | “tidak apa-apa kok”. Emm... agak sedikit ragu sebetulnya, tapi excited, tapi ga percaya, tapi pengen segera, gimana doong?.

Persiapan yang saya maksud adalah persiapan fisik dan nutrisi untuk saya & suami. Saya sudah nggak rajin berolahraga lagi, nggak pernah lebih tepatnya. Asupan makanan yang saya makan pun sekedarnya selama ini. Vitamin? Boro-boro, mana pernah. Saya dan mas Adin sama-sama tidak ada persiapan apa-apa.

Hasil lab keluar sore hari yang intinya saya bisa lanjut program. Hwaa.. makin nervous. Saya melakukan suntik sendiri, jadi pagi hari setelah kontrol saya ambil obat suntik dosis tertentu di Morula IVF Surabaya, lalu saya suntik sendiri dirumah. Teknis detailnya akan saya bikin di cerita tersendiri.

Walaupun dalam semua proses program saya sejak 2015, bayi tabung adalah upaya maksimal yang saya lakukan, tapi justru saat proses bayi tabung inilah saya merasa paling nyaman diantara semua proses yang pernah saya jalani sebelum ini. Kenapa? nanti akan saya jelaskan alasannya di postingan yang lain.

Setelah selesai masa suntik, tibalah hari Ovum Pick Up (OPU). Detail proses ini akan saya tulis di postingan yang lain. Dari hasil OPU didapatkan 4 sel telur oocyde. WHAAAT???! Cuma 4?. Saya langsung sedih, ini diluar dugaan saya, padahal saat pemeriksaan USG sebelumnya ada belasan telur. Saya shock mengetahui bahwa telur-telur oocyte saya cuma 4. I dissapointed to myself, karena biasanya setelah disatukan dengan sperma, jumlahnya bisa berkurang lagi.

Benar saja, besoknya saya dapat telp dari bagian Lab bahwa telur yang berhasil dibuahi hanya 2, dan dua-duanya kualitasnya Moderate. Huff saya langsung hopeless. Bagian Lab akan kembali telp lusa, dilihat lagi kualitas embrionya di hari ke-3 (Day3/D3). Grading embrio ini bisa naik menjadi Good jika memang kualitas embrio tsb baik. Tapi bisa jadi juga turun menjadi Poor jika kualitasnya menurun.

Pekerjaan lain selain memantau kualitas telur adalah melihat ketebalan rahim saya. Jadi untuk dapat melakukan tanam embrio/embrio transfer (ET), suasana rahim juga kudu diatur. Ketebalan rahim ada nilainya, tidak boleh terlalu tebal, tidak boleh terlalu tipis juga. Ini dilihat dari pemeriksaan USG. Nah menurut dokter ketebalan rahim saya kurang OK untuk dilakukan tanam sekarang. Jadi disarankan embio saya nanti untuk di-freezing dahulu. Uuuh sebalnya... dr. Amang menyarankan untuk menunggu 2x periode haid lagi, alias nunggu 2 bulan lagi. Sekarang April 2018 berarti tanamnya Juni 2018.

Di hari ke-3 (D3 embrio) kami bertemu dengan embriologis. Embriologis menjelaskan bahwa di hari ke-3 pasca OPU ini, embrio kami masih ada 2 yang bertahan hidup dan masih dengan kualitas Moderate, mereka nggak naik jadi good. Mengingat saya tidak dapat melakukan tanam embrio (ET) di periode ini, embriologist memberi opsi untuk kami, apakah akan dilakukan freezing di D3 atau masih mau nunggu sampai D5 (nambah 2 hari lagi)?. Saran embriologist lebih baik di freeze di D5 dengan pertimbangan jika memang embrio itu tumbuh, di D5 pun pasti masih akan bertahan hidup. Sedangkan saran dr. Amang menyerankan lebih baik di freeze saat D3 (sekarang), dengan pertimbangan supaya ada simpenan, kan sayang klo ternyata di tunggu sampai D5 trus dua-duanya poor, nggak ada yang bisa disimpan dong. Tapi keputusan tetap ada di saya. Menurut saya saran embriologist masuk akal juga. Sedangkan saran dr. Amang juga bener, klo ternyata D5 dua-dua embrio saya downgrade jadi poor sia-sia donk progres suntik-suntik saya kemarin.

Fyi, sebelum melakukan proses IVF ini saya sempat melakukan riset terhadap beberapa artis/public figure yang terbuka menceritakan tentang kisah IVFnya. Yang mana yang gagal, yang mana yang berhasil, berapa embrio yang di dapat, kualitasnya apa, berapa yang di tanam, dll. Saya punya catatannya. Saya merasa hasil ini jaduh di bawah standart yang saya inginkan. Saat saya harus memutuskan embrio saya di freezing di hari ke berapa, saya sangat emosional dan sudah sangat pasrah. Akhirnya saya mengikuti saran embriologist, untuk menunggu 2 hari lagi apapun konsekuensinya. Berharap jika embrio itu bagus dia akan menjadi blastosyct dan tumbuh saat di tanam. Jika pun jelek biarlah ter-eliminasi di luar, jangan di dalam perut saya. Saya agak trauma dengan keguguran saya tahun lalu. Saya nggak mau record angka keguguran nambah 1 lagi dalam hidup saya.
2 embrio kami (D3) dengan kualitas moderate. Dinyatakan moderate karena bentuknya memang kurang bagus.
Contoh embrio kualitas bagus di D3, bentuknya harusnya begini, bulatannya jelas, nggak banyak kotorannya.
Sumber gambar: Wikipedia
Dua hari kemudian (D5 after OPU) embriologist telp dan mengabari bahwa embrio yang bertahan hidup hanya 1. Satunya downgrade menjadi poor dan akhirnya tidak dapat bertahan hidup, akhirnya dibuang 1. hufff... dan masih belum blastosis donk, masih di grade yag sama, Moderate. “kita tunggu sampai besok ya bu (D6), kalau besok blastosis, kita langsung lakukan freezing, kalo nggak berarti tidak dapat dilakukan penyimpanan”. Kemungkinannya kecil sekali, malam harinya saya hanya bisa menangis memohon kpd Allah SWT, meminta agar embrio semata wayang saya tumbuh, tapi apapun hasilnya besok saya pasrah. Saya pasrah jika IVF saya sudah gagal bahkan sebelum dilakukan tanam embrio. Huu... Sad!.

Day 6 tiba, begitu ada telp masuk deg-degan bgt mau angkat telp, dengkul langsung lemes. Akhirnya embrio semata wayang saya blastosis tetap di grade Moderate. Alhamdulillah yaAllah.... kesimpulannya dari IVF ini saya mendapatkan 1 embrio D6 blastosis, Moderate.

Juni 2018

Harusnya saat ini adalah jadwal embrio transfer saya, tapi... tidak saya lakukan, kenapa? Jadwal haid saya yang awal bulan itu bertepatan dengan libur Lebaran hehehe... iya Juni 2018 itu lebaran. Terpaksa kudu mundur lagi, awal bulan depan.

Juli 2018

Jadwal tanam embrio setelah tertunda 1 bulan. Harusnya saya bahagia karena Juli adalah bulan ulang tahun saya, biasanya saya beruntung di bulan ini. Eeh tapii ternyata.... Haid saya yang tidak pernah ingkar itu terlambat datangnya. Kesel bgt ga?. Selalu ada drama, padahal kemaren-kemaren juga baik-baik saja. “Jangan-jangan hamil alami Tan?” | “nggak, w udah testpack tanpa drama, dan hasilnya negatif”. Biasanya haid saya awal bulan, lah ini udah pertengahan bulan kaga’ haid juga, yaAllah kesel bgtt. Langsung aja saya konsultasi ke dr. Amang dan di resepkan obat supaya haid. Otimatis bakal mundur lagi sampai bulan depan. Huff.. sabar...

Agustus 2018

Akhirnya saya haid, dan embrio transfer(ET) dapat dilakukan bulan ini. Total saya harus nunggu 4 bulan after OPU huff... inilah alasan mengapa sebaiknya program itu jangan ditunda-tunda. Karena nggak ditunda aja udah ketunda sendiri sama dramanya.

Jika ada yang tanya “kenapa klo mau ET harus tunggu haid dulu?”, karena memang ET itu ada aturannya, ditanam saat setelah haid. Intinya proses IVF ini juga sama seperti proses kehamilan alami, gambarannya seperti ini:
Tabel perbandingan waktu antara pembuahan alami dengan IVF. bisa dilihat, sama saja loh sebetulnya kalo dilihat dari segi waktu. Hanya saja pada IVF tiap prosesnya bisa dijadwalkan.
Jika melihat tabel, durasi waktu antara pembuahan normal & IVF adalah sama. Yang membedakan adalah, jika IVF semua prosesnya dilakukan per step, waktunya dapat diatur, semua serba disiapkan. Embrio ada bukan berarti bisa langsung tanam jika kondisi rahim belum memungkinkan. Kondisi hormonal harus pas. Sebetulnya ini yang membuat seolah-oleh menjadi lama, padahal sebetulnya sama saja.

Jadi jika kembali ke pertanyaan, “kenapa klo mau ET harus tunggu haid dulu?”, jawabnya karena memang semua ada waktunya. Kita nggak bisa tiba-tiba datang ke dokter bilang, “Dok, lagi ga ada kerjaan nih, saya tenam embrio sekarang aja yuk, daripada nganggur?”, wkwkwk.. mana bisa, minta di gebukin orang se-kecamatan apa?!.

Masih Agustus 2018

Masa penantian keputusan hamil atau tidak, setelah dilakukan ET adalah 2 minggu, masa ini biasanya disebut juga 2 weeks wait (2ww). Apa saja yang saya lakukan selama masa ini akan saya tulis di postingan yang lain.

Jujur saja, beberapa hari sebelum 2ww ini saya sempat merasakan nyeri payudara, nafsu makan yang tinggi dibanding sebelumnya, ciri-cirinya seperti orang hamil. Tapi itu semua nggak bisa dijadikan patokan. Bisa jadi nyeri payudara terjadi akibat mau haid, atau bisa jadi akibat hormon yang terlalu tinggi. “tapi ini beneran rasanya seperti hamil” pikir saya percaya diri. Tiba-tiba di celana dalam saya ada flek donk, kecoklatan, kecil. Keciiill bgt, seujung kuku, tapi saya nervousnya udah kaya’ orang disambar petir. Masih trauma sama keguguran tahun lalu, awalnya juga cuma bercak darah keciiil. Saat ini belum waktunya saya tes betaHCG. Saya menghubungi suster PIC saya, suster Intan. “sus, saya bleeding, coklat, kecil”, saya fotoin juga. Suster bilang “mungkin implantation bleeding bu. Bed rest aja ya”. Emm saya memang pernah mendenger istilah itu. “ah masa’ sih? Implantation bleeding kok terjadi +- 2 minggu setelah ET, harusnya kan 3-4 hari aja after ET”, pikir saya. Kadang saya memang terlalu overthinking sebagai manusia.

Hari tes Beta hCG tiba juga, saya semakin merasa hormon saya seperti orang hamil. Tapi flek saya makin hari makin bertambah, kali ini darahnya sudah seukuran pembalut kecil, Astaghfirullah. Padahal dari hari saya ketauan ngeflek itu saya langsung bed rest.

Saya melakukan cek lab, hasilnya bisa keluar nanti sore katanya. Pulang kerumah saya udah nggak tahan lagi, saya langsung testpack, padahal saya dirumah sendirian, mas Adin di kantor. Di hati kecil saya, saya yakin saya hamil. Dan benar saja, hasil testpack saya menunjukkan positif (+), ada 2 garis tapi masih samar, Alhamdulillah... saya sujud syukur bahagia. Tapi... tapi saya bocor.. saya masih ngeflek. Saya memang hamil, tapi feeling saya buruk. Seperti deja-vu, rasanya saya pernah mengalami ini sebelumnya.
Hasil testpack saya.
Besok hari tiba, saya diminta ke Morula IVF Surabaya untuk langsung bertemu dengan dr. Amang. Beliau menyampaikan “selamat ya.. beta hCGnya 202, nilainya lumayan tinggi”. Saya sama sekali sudah nggak surprise, yang ada di pikiran saya, apakah kehamilan saya bisa di pertahankan. Dr. Amang juga sama, beliau mengira ini implantation bleeding saja. saya pun belum di USG, karena kalo USG lewat perut pasti belum kelihatan, sedangkan kalo USG transvaginal juga sama belum kelihatan, malah bisa memperparah pendarahan. Ahirnya hari itu juga saya diminta melakukan pemeriksaan d-dimer (kekentalan darah). Dr. Amang bilang, “selamat ya Bu Intan, ketemu 2 minggu lagi ya?, sementara bedrest aja, obat yang saya resepkan diminum”. Uuuh 2 minggu lagi, rasanya lamaaa bgt, mengingat darah saya keluar makin lama makin deras, perut saya mules, layaknya orang haid hari ke2. Wajar ga coba?.
Hasil test Beta HCG 2018.
Di hari ke 3 setelah ketemu dr. amang darah saya makin ga wajar, merahnya 1 pembalut besar full, uugh ngerii... perut saya masih mules seperti haid hari ke-2 tapi berhari-hari. Nggak wajar ini. Langsung saya telp dr. Amang. Beliau menyarankan untuk cek Beta hCG lagi. beliau bilang “kalo misal hasil BhCGnya diatas 202 artinya si embrio itu tumbuh walaupun ada pendarahan, sekecil apapun kenaikan angkanya, ibu akan langsung di rawat inap di RS, karena harus bedrest total. Tapi jika ada penurunan angka, berarti not good!”, sambil menggeleng-gelengkan kepala. Saya pun bertanya ke dr. Amang, tentang chance pertumbuhan embrio D6 moderate, adakah yang berhasil?. Beliau bilang “ada, bahkan excellent gagal pun ada. Banyak faktor hormonal yang mempengaruhi, tidak bisa di pastikan”.

Pulang kerumah saya udah nangis-nangis, “kenapa sih kaya’ gini lagi, kenapa aku selalu berdarah? Kenapa aku nggak bisa punya kehamilan yang aman? Kenapa harus bedrest terus?. Padahal sudah hamil!”. Sore harinya suster Intan mengabari lewat WA, hasil tes BHCG keluar, nilainya 125. Dalam 3 hari nilainya malah turun 77 poin. Tangisan saya makin pecah. Suster Intan tetap bilang “nggak papa bu Intan, tetap diminum obatnya, tetap bedrest, siapa tau ada keajaiban”. Langsung saya lempar semua obat-obatan, lompat dari tempat tidur. “ini konyol bgt Sayang, aku ini lagi abortus spontan, perut aku sakit ga karuan. Volume darah 1 pembalut besar dan sudah berkali-kali ganti pembalut, masih disuruh bedrest. Apa yang musti dipertahankan lagi?” kata saya sambil nangis & teriak-teriak. Mas Adin nggak berani apa-apa. Saya langsung berdiri dari tempat tidur, ga mau bed rest lagi & langsung aktivitas biasa. Perut saya rasanya sakit bgt kaya’ sedang haid, tapi fisik saya seperti orang sehat normal pada umumnya. Dan yang paling menyesakkan, adalah moment ini bertepatan dengan Raisa & Hamish Daud announce kehamilannya, literally di tanggal yang sama. Alaaaahh.. kamfreet!.

7 hari darah saya keluar terus menerus, sampai akhirnya bersih dengan sendirinya. Tanpa kiret, tanpa obat peluruh. Saatnya konsultasi sama dr. Amang (udah gagal masih ada konsultasi juga ya). Kami membahas perkiraan faktor kegagalan. Sekaligus membaca hasil lab D-dimer waktu itu. Intinya lagi-lagi faktor kegagalannya adalah karena kualitas embrio yang kurang bagus (huuh I knew it. D6 moderate, fiuuh..), faktornya bisa dari sel telur, bisa dari sperma. Kalo dilihat dari D-dimer (kekentalan darah) hasilnya normal, intinya bukan perkara kandungan saya lemah atau faktor kekentalan darah. Hanya saja lagi-lagi embrio saya yang kurang baik kualitasnya, jadi nggak bisa tumbuh. Persis sama masalahnya dengan keguguran saya yang pertama.

Makna kegagalan

Kegagalan demi kegagalan sudah saya lewati, mulai dari gagal program alami sampai dalam upaya bayi tabung kami. Kegagalan bayi tabung membuat saya sedih tapi sedihnya nggak separah kegagalan inseminasi saya yang pertama loh. Kalau waktu gagal Insem #1 itu nangisnya 1 minggu, kegagalan IVF ini nangisnya cuma maks 3 hari aja.

Kegagalan berulang membuat kami makin kuat, terutama saya yang lebih sering di treatment. Kegagalan ini justru tidak membuat kami berhenti berusaha. Kami yakin doa dan ikhtiar yang kami lakukan continue suatu saat pasti akan membuahkan hasil, masalahnya kami tidak tahu kapan doa kami dapat terkabul. Semua kehendak yang Maha Kuasa. Saya selalu berdoa agar kami diberi kesabaran, tidak patah semangat serta agar ikhtiar dan kesabaran kami dihitung amalan pahala.
Jika diambil sisi positifnya, di balik kegagalan selalu ada hikmah. Walalupun sangat menyakitkan, tapi hikmah yang bisa saya ambil, adalah:

  • Pengalaman.
  • Mental yang lebih kuat.
  • Semakin bertumbuh.
  • Selalu dapat pengetahuan baru.
  • Pelajaran hidup
Saking seringnya saya gagal dan dapat tindakan medis mulai dari di suntik macem-macem, berkali-kali cek lab, minum macam-macam obat & vitamin, bahkan sampai dibius total berkali-kali. Saya sampai berprinsip “what doesn’t kill me makes me stronger”. Sampe kalo ditanya “sakit nggak sih bayi tabung?” jawaban saya “asal ga mati, ga sakit”. Itu jawaban tercuek & tersingkat  sih. Timbang kudu jelasin panjang lebar hehe.

Masih di tahun  2018

Menyadari bahwa saya pernah 2x positif hamil namun dua-duanya keguguran di usia masih dibawah 8w. Saya banyak mendapat pertanyaan & masukan dari society (a.k.a. teman-teman/tetangga yang tau saya pernah keguguran 2x) jangan-jangan kandungan saya lemah. Hmm... biasanya yang bilang gitu saya iya-iyain aja biar cepet. Karena saya lebih tau bahwa faktanya, hasil tes kekentalan darah saya (D-dimer) baik, tidak ada kekentalan darah dan dokter bilang (bahkan lebih dari 2 dokter saya yang bilang), kegagalan di bawah usia 12w itu kebanyakan faktor utamanya adalah faktor kromosom penyusun yang kurang baik. Bisa jadi dari sel telur, bisa jadi dari spermanya. Bukan karena kandungan w lemah, mo rahim kalian kuat cengkramannya sekuat Gatot Kaca, kalo kualitas embrionya jelek ya ga bisa tumbuh donk. Logikanya seperti itu.

Akhirnya saya mengambil kesimpulan pada diri saya sendiri, ini analisa “dokter-dokteran” saya sendiri, bahwa rahim saya sebetulnya baik, rahim saya cukup baik untuk merespon embrio bahkan yang kualitasnya cuma Moderate sekalipun. Terlepas dari embrio tersebut tidak mau tumbuh berarti bukan masalah rahimnya donk, masalah embrionya. Kalo saja saya bisa dapat embirio yang kualitasnya minimal Good saja, saya pasti bisa hamil sehat & kuat tanpa bedrest. Keyakinan ini semakin kuat dan semakin membuat saya semangat untuk memulai program lagi. Saya harus melakukan persiapan yang matang sebelum melakukan IVF lagi. Jangan kaya’ kemaren yang dadakan macam tahu bulat. Bila perlu mas Adin juga bakal saya geber vitamin & periksa ke Androlog. Agar saat kondisi hormonal saya siap, mas Adin juga dalam kondisi fit.

November akhir – Desember awal 2018

Kami memutuskan untuk pergi umroh dahulu sebelum melakukan program lagi. Ini lebih ke spiritual charging. Karena kami percaya sekeras apapun usaha, jika Allah belum meridhoi maka lagi-lagi hasilnya akan sia-sia.
Umroh Desember 2018

Februari 2019

Sepulang dari liburan kami ke Jepang Januari 2019. Saya mulai melakukan persiapan-persiapan untuk memulai bayi tabung ke-2. Kalau diingat-ingat saat selesai liburan dari Jepang yang sangat menyenangkan itu, saya sedih & cemas rasanya mau mulai program lagi. Ketemu puluhan jarum suntik lagi, makan putih telor lagi waakss...

Upaya yang dipersiapkan sebelum memulai bayi tabung lagi

Mulai dari pulang umroh Desember lalu saya sudah membiasakan diri rajin berolahraga. Rutin senam aerobik ibu-ibu perumahan sebelah, seminggu 3x, bayar Rp 15rb/kedatangan hehe. Kadang kalo nggak males ya ditambah jogging pagi hari di sekitar rumah.

Februari 2019 Upaya yang dilakukan sebelum memulai IVF kedua

Mulai Februari saya memulai catering bayi tabung lagi. Sebetulnya menunya makanan rumah biasa, terdiri dari protein 2 macam proterin yang diolah berbeda, sayur, ikan salmon, 5 telur rebus (dimakan putihnya saja, klo kuningnya dimakan juga kolesterol ntar :D ), jus yang terdiri dari jus alpukat, jus 3 diva (tomat, wortel & apel). Jika kalian ingin program tanpa mengikuti catering sih tidak apa-apa. Saya mengambil paketan catering per 30 hari ini agar saya bisa konsisten makan. Saya dirumah sendiri, tidak ada yang membantu. Menyiapkan ikan salmon, telur & jus2-an pasti tidak akan bisa saya lakukan dengan konsisten setiap hari, belom lagi menu makannya kan. Saya juga sudah rutin konsumsi Asam Folat, vitamin Blackmores untuk wanita & pria, vitamin blackmores triple omega 3, vitamin E, susu protein tinggi seperti Peptisol. Menghindari makan kadang-kacangan & makanan yang tidak matang, No MSG. Semua upaya makanan yang diperbolehkan/tidak saya turuti. Karena masih Februari jadi kalo mau sekedar cheating makan mie instant, bakso atau sate ya makan aja. Makin mendekati hari program cheatingnya makin dikit bahkan nggak sama sekali. Tahan dulu beberapa minggu sodara-sodara, nanti juga ada kalanya kita bisa makan-makanan itu lagi.
Contoh menu catering saya selama 8 hari.
Upaya lainnya adalah, saya & mas Adin rutin akupuntur & hypnoteraphy dengan dokter kesayangan  bumil & calon bumil, dr. Astie Young dari @hypnobirthing_surabaya. Jadwalnya 1 minggu 1x. Ambil paketan akupuntur suami-istri yang masing-masing 10x pertemuan.
dr. Astie
Satu lagi, saya berusaha tidur cepet (dibawah jam 11 malam). Pada dasarnya saya punya masalah tidur. Mungkin kebiasaan lama suka begadang. Tidurnya biasanya jam 1 malam bahkan kadang lebih. Eeh ketambahan ngoroknya mas Adin pula. Jadi saya sampe beli Young Living paket starter kit demi tidur cepet setiap hari.

Maret 2019

DI bulan ini saya mulai berkunjung ke Morula. Kali ini saya berganti dokter ke dr Ali Mahmud SpOG, (K)Fer. (dr. Ali). Tujuan saya bukan untuk langsung memulai program, tetapi lebih kepada konsultasi atas kegagalan yang lama, sekaligus bilang kalo mau program lagi tapi bulan depan.

Dr. Ali melakukan analisa terhadap histori medis saya. Saya juga bilang, kalo saya minta rujukan ke Sp. Androlog untuk mas Adin. Karena hasil analisa sperma Mas Adin terakhir (saat bayi tabung tahun lalu) Astenoteratozoospermia, morfologinya jelek, gerakannya juga jelek. “saya maunya suami saya juga di treatment dok, jangan cuma saya saja”.

Fyi, sepanjang perjalanan program peranakan. Bagi sebagian laki-laki, mereka adalah makhluk yang paling enteng tugasnya (selain menyiapkan biaya tentunya). Kerjaan mereka cuma datang - col* (onani, maaf) – sambil nonton b*kep. Memang takdirnya seperti itu. Tetapi bahkan ketika hasilnya kurang bagus dokter masih akan bilang “gapapa, bisa kok ini, asal ada spermanya, walaupun jelek bisa dipilih yang bagus. Dari jutaan cuma diambil beberapa biji untuk membuahi sel telur kan pasti ada yang bagus”. Iya...iya... bener... logikanya memang dari jutaan sperma cuma dibutuhkan 1 biji untuk pembuahan. Tapi kan kesel ya, kalo udah tau jelek nggak diupayakan apa-apa. Sedangkan wanita yang kadang terbilang sehat-sehat saja, justru kudu dikorek-korek masalahnya, disembuhkan sedemikian rupa.

Saya ingin semua seiring sejalan. Saat memulai program dua-duanya dalam kondisi hormonal yang baik. Kondisi laki-laki pun jika tidak bagus, bisa diupayakan agar baik, masih ada waktu +- 1 bulan sebelum program. Kali ini demi embrio yang baik. Dr. Ali meresepkan vitamin untuk mas Adin sekaligus memberi surat rujukan ke Sp. Androlog.

Selesai urusan konsultasi, target saya adalah datang ke seminar tahunan yang rutin diadakan Morula Surabaya. Sedikit bocoran kenapa saya memilih melakukan program April bukan Maret saja? Karena Maret ada seminar Morula. Seminar yang saat 2018 lalu pernah saya datangi. Jika tujuan utama saya datang ke seminar ini dulu tahun 2018 adalah untuk mencari tahu tentang klinik IVF Morula Surabaya, maka di tahun ini tujuan saya adalah untuk mendapatkan diskonan. Ya, biasanya di acara ini ada diskon khusus yang ditawarkan untuk peserta seminar yang sign up (daftar) saat itu juga. Hehe... saya jujur kok bilang ke dr. Ali, “bulan depan aja dok, habis seminarnya Morula, biasanya kan diskonnya banyak”.Dr. Ali bilang “ya, nggak papa, silahkan diskonnya dimanfaatkan”.

Masih Maret 2019

Setelah konsul dengan dr. Ali, setelah seminar Morula. Saatnya bertemu dengan Sp. Androlog. Waktunya sudah mepet sebelum April, ndilalah dr. Dian Sp.And. jadwalnya sangat padat, Mas Adin pun lagi ada kerjaan luar kota, jadi appointmentnya diundur terus sampai minggu ke 3 bulan Maret. Hwaaa... seperti biasa, ada aja kan dramanya.

Konsultasi dengan dr Dian. Saya bilang keinginan saya untuk memulai program di bulan April yang tinggal 2 minggu lagi. Lalu dr. Dian bilang “jadi saya hanya diberi waktu 2 minggu?, nggak bisa, menyembuhkan ini minimal 2,5 bulan. Itupun bukan jaminan bisa sembuh total, intinya butuh proses.”. Hwaaaa kaget hamba. 2,5 bulan lagi berarti kira2 baru bisa bulan Juni. Yaah berarti habis lebaran donk. Padahal pengennya saat lebaran saya sudah hamil. Pasrah deh kalo gitu. Dr. Dian memberi mas Adin tambahan vitamin untuk diminum dan memberi pengantar untuk melakukan USG testikel di Lab (baru tau ada USG begini) untuk mengetahui ada varikokel/tidak. Tetapi ujung2nya  mas Adin nggak jadi melakukan USG ini karena nggak sempat lagi waktunya. (hmmm... senang ya anda?!).

April 2019

Bertepatan dengan ulang tahun mas Adin tgl 2 April. Di hari yang sama ini mas Adin baru saja dipindahkan ke kantor baru. Jadi suasana hati kami lagi happy. Dan kebetulan saya haid hari ke 2. Saatnya bertemu dr. Ali. Pertemuan dengan dr. Ali kali ini sebetulnya tidak bergitu menyenangkan untuk saya karena tujuannya untuk kontrol dan berkonsultasi tentang hasil kami bertemu dr. Dian SpAnd. Bahwa menurut dr. Dian, untuk mengobati kualitas sperma dibutuhkan waktu +- 2,5 bulan, artinya program ini harus diundur lagi.

Dr. Ali mendengarkan cerita saya dan seperti biasa, sesuai prosedur, saya diperiksa. Beliau bilang kondisi saya bagus, sel telur ukurannya bagus, rahim bagus, dll. Intinya kondisi saya baik, jika ingin memulai program sekarang bisa.

Memang semua program peranakan ini salah satu drama dan kendala tersulit adalah mencocokkan waktu antar kedua pasangan. Saat saya sudah mulai makan putih telur 5 butir sehari, di akupuntur, minum semua suplemen dosis tinggi sampai payudara rasanya seperti orang hamil. Itu semua sudah saya lakukan dari 2 bulan yang lalu, tapi ternyata kondisi mas Adin masih jelek. Hufff... 

Kemudian dr. Ali bilang bahwa tidak perlu menunggu hasil sperma suami sampai normal 100%, karena justru tujuan program ini salah satunya adalah membantu orang-orang yang mempunyai masalah salah satu contohnya adalah masalah pada sperma. Jadi dalam artian, menurut dr. Ali program ini dapat dilanjutkan, mumpung ibu dalam keadaan baik”, begitu katanya. Saya sempat ragu. Namun kemudian beliau kembali meyakinkan saya, “Tidak perlu diundur lagi bu, karena tujuan Spog. Dan SpAnd. itu beda. Tujuan saya adalah ibu bisa hamil. Sedangkan tujuan dr. Dian adalah supaya bapak sembuh. Tidak ada yang salah memang. Namun jika melihat kondisi bapak ini masih sangat bisa dilakukan prosedur. Bahkan yang kondisinya lebih jelek dari ini pun banyak dan bisa berhasil”.

Saya tidak langsung meng-iya-kan saat itu juga, saya minta waktu untuk telp mas Adin. Singkat cerita dengan berbagai pertimbangan kami setuju untuk langsung memulai program sekarang (Awal April 2019).

Memulai Prosedur IVF kedua

Diawali dengan ambil darah untuk di cek lab kondisi hormonal.  Hasil lab keluar sore hari,  kemudian suster PIC (masih dengan suster Intan yang baik hati) akan mengabarkan hasil lab kita melalui pesan WhatsApp. Jam 18:00-19:00 pasien wajib datang untuk melakukan suntik, yang dosisnya sudah di tentukan oleh dokter berdasarkan hasil lab kita tadi. Begitulah kira-kira yang saya jalani selama 9 hari kedepannya. Untuk prosedur suntiknya sih bisa dilakukan sendiri dirumah, bisa juga suntik di  Morula. Untuk cerita lebih lanjut tentang step-step IVF saya yang ke-2 ini, akan saya ceritakan di postingan yang lain.

Ovum Pick Up (OPU)

Setelah selama 9 hari saya di suntik obat-obatan pembesar telur, berkali-kali diambil darahnya untuk cek lab hormonal dan melakukan USG untuk kontrol jumlah dan ukuran sel telur akhirnya tiba saatnya OPU. Saya melakukan OPU tgl 16 April 2019 sehari sebelum pemilu pilpres.

Prosedur yang harus dilakukan saat akan OPU: 

  • Puasa dari malam sebelumnya. 
  • Tidak boleh memakai make up, perhiasan & segala bentuk wewangian untuk suami & istri. Termasuk diantaranya pinsil alis, lipstick, deodorant, kuteks, pakaian yang bau pewangi/pelembut, gel rambut, dll. Karena sel telur sangat sensitif sama bau wangi-wangian. 
  • Datang tepat waktu sesuai dengan yang sudah di jadwalkan. Ini tidak main-main, karena kaitannya bukan hanya dengan jadwal dokter/ruang operasi saja, tetapi lebih ke penjelasan ilmiah. Karena proses OPU dilakukan tepat 36 jam dari suntikan pemecah telur (Ovidrel). Jadi misal saya di suntik Ovidrel hari Senin jam 19:00, maka harusnya saya OPU di hari Rabu jam 07:00, tepat 36 jamnya. Jika lebih, telur-telur yang sudah kita “pupuk” bisa terancam pecah duluan.

Tindakan OPU

Saya tidak akan jelaskan detal tindakannya di postingan ini, hanya singkat saja. Karena cerita detail tindakan ini akan saya tulis di postingan yang lain.

Yang pasti saya di bius total selama tindakan. “Apakah suami ikut menemani di dalam ruang operasi?” | “Tidak”. Karena suami bertugas untuk mengeluarkan sperma hari ini juga. “Apakah istri membantu saat suami mengeluarkan sperma?” | “Nggak donk, kan lagi pingsan”. Nah di tahap ini suami ‘bertugas’. Dari sekian banyak rangkaian tindakan yang wanita jalani, kerjaan pria ya cuma ‘ini aja’, diiih...sebel kan?! tapi memang begitulah fitrahnya laki-laki.

Hasil OPU

Setelah saya sadar, sudah ada mas Adin yang menemani di ruang pemulihan. Saya sudah boleh makan seperti biasa. Mengingat pengalaman tahun lalu, klinik Morula selalu menulis hasil telur yang berhasil di panen kemudian di tulis di telapak tangan. Sambil deg-degan saya membuka telapak tangan saya, dan hasilnya 9 telur oocyte berhasil di panen, Alhamdulillah. Ini sudah jauh lebih baik timbang tahun lalu. Dimana tahun lalu cuma dapat 4 telur saja, huh sad.
Jumlah telur oocyte yang di ambil.
Proses selanjutnya, terjadi di laboratorium. Dimana telur-telur saya disatukan sama sperma mas Adin. Berapa telur yang akan terbuahi, akan di kabarkan besok oleh bagian lab melalui telp.

Setelah saya sadar dari pingsan. Langsung boleh pulang. Jadwal OPU saya kalo nggak salah waktu itu jam 8 pagi. Proses OPU nggak lama, kira-kira, Zuhur saya sudah dirumah. “apakah sakit pasca opu?” | “tidak, sama sekali”. Ibaratnya pagi habis OPU, kalo siang atau sorenya kalian mau belanja di pasar grosir naek motor masih bisa kok, saking nggak sakitnya. Paling rasa ngantuk aja karena efek bius. Mungkin jika ada sedikit flek setelah OPU itu reaksi yang wajar. Namun saya tidak mengalami flek sama sekali.
Me, after ovum picks up.
Buktinya, besok paginya saya langsung ikut berpartisipasi menyuarakan pilihan saya dalam pemilu pilpres 17 April 2019 dalam keadaan segar bugar sehat wal afiat.
OPU tgl 16 April 2019. Besok paginya (17 April2019) saya ikutan pemilu dalam keadaan sehat walafiat tanpa rasa sakit apapun.

Hari berikutnya (day 1 after OPU)

Embriologyst menelfon saya bahwa hasil penyatuan sel telur dan sperma kami adalah:
Dari 9 telur yang oocyte

  • 4 immature (telurnya belum mateng sehingga tidak bisa di proses).
  • 5 dibuahi (sel telur yang digabung dengan sperma yang melalui proses IMSI).
Jadi lusa (day 3 after OPU), embriologyst kembali akan menelfon saya untuk memastikan dari 5 sel telur yang terbuahi tadi, berapa telur yang mampu bertahan hidup sampai menjadi embrio. Sekaligus akan disampaikan gradenya.

Fiuuhh saya bener-bener harap-harap cemas. Karena segala kemungkinan masih dapat terjadi. Dari 5 yang dibuahi tadi bisa saja cuma separonya yang bertahan hidup, bisa juga jelek semua. Aahh... bener-bener 2 hari yang menegangkan (cuma yang pernah mengalami yang tahu rasanya).

Day 3 after OPU

Hari ini sekaligus jadwal saya melakukan embrio transfer. Dr. Ali menjadwalkan saya untuk langsung melakukan transfer fresh embrio tampa menunggu beberapa bulan lagi, dengan pertimbangan kondisi rahim saya baik. Tidak seperti tahun lalu yang akhirnya harus tertunda 4 bulan lamanya.

Saya juga sempat bilang ke dr. Ali, jika embrio saya banyak, saya mau tanam 2 donk donk biar jadi kembar hehe... dokter meng-iya-kan.

Tibalah saya di rumah sakit, bertemu langsung dengan embriologyst. Hasilnya:
Dari 5 sel telur yang dibuahi (di D3), didapat:

  • 2 berkembang menjadi embrio, dengan kualitas 1 good, 1 moderate.
  • 3 poor.
Uuuh sedih juga rasanya, mengetahui bahwa kami hanya punya 2 embrio dengan kualitas yang berbeda pula’.

Dr. Ali menemui kami dan menyarankan untuk ditanam 1 saja, dengan harapan jika memang 1 ini tumbuh ya pasti tumbuh. “Tanam banyak-banyak tidak akan meningkatkan chance keberhasilan, klo nanti ditanam dua-duanya, ibu tidak punya cadangan lagi”, begitu kata beliau.

Embrio yang satu lagi akan kita lakukan monitoring sampai day 5 sebelum di freezing. Jika dia mampu bertahan hidup pasti dia akan hidup, jika dia tidak mampu bertahan hidup maka akan percuma juga di freezing”, begitu kata dr. Ali. Kami mendengarkan dan setuju dengan ide beliau.

Baiklah saya cuma bisa pasrah & sedikit kecewa mengetahui bahwa yang ditanam cuma 1, si embrio berkualitas good. Mas Adin mencoba menghibur di ruang operasi “sudahlah 1 juga nggak papa, nggak perlu kembar, yang penting dia tumbuh”.

Tidak punya banyak waktu untuk bersedih, tindakan transfer embrio harus segera dilakukan. Prosesnya tidak lama, tidak pake dibius, sakit sih kaga' yaa... cuma malu aja. Proses ini selanjutnya akan saya bikin cerita tersendiri nanti di postingan yang lain.

Setelah di transfer embrio saya disuruh baring-baring selama 2 jam. Uuuh proses ini bener-bener ga nyaman karena harus nahan pipis. Belom lagi klo kebelet poopy. Wkwkwk iya... aku kebelet poop donk, kampreet bener dah.

Setelah itu saya boleh pulang, naik kursi roda menuju parkiran mobil. Turun dari mobil masuk kerumah ya jalan biasa pelan-pelan.

Day 5 after OPU

Saya kembali mendapat telp dari embriologyst bahwa embrio kami yang satu lagi belum blastosis. “tetapi ada pertumbuhan kok bu, ditunggu sampai besok ya (day 6)”, kata Embriologyst. Saya cuma bisa pasrah & berdoa aja, karena jika sampai besok embrio itu tidak blastosis maka akan di musnahkan seperti yang lainnya, karena artinya dia tidak tumbuh.

Di saat itu saya hanya berusaha menguatkan hati jika kemungkinan terburuk terjadi. Kemungkinan terburuknya adalah embrio yang ada di dalam rahim saya ini gagal tumbuh dan yang di laboratorium pun tidak tumbuh. Otomatis saya tidak dapat apa-apa. Fyi, embrio jika sudah dimasukkan ke dalam rahim, maka semuanya murni kuasa Allah SWT. Tindakan bayi tabung sudah bisa dikatakan selesai sampai tahapan ini (embrio transfer), selebihnya kita menunggu 2 minggu (sampai periode haid bulan depan). Sampai tahapan ini tugas manusia (dokter) selesai. Berhasil hamil atau tidaknya itu murni kuasa Allah. Jika telah sampai step ini, kita hanya bisa pasrah & berdoa sebanyak-banyaknya. Jangan lupa tetap mengkonsumsi obat yang diberikan dokter sebagai upaya ikhtiar.

"Trus taunya 2 minggu lagi hamil/nggak gimana Tan?" | "itu cuma se-simple bulan depan km dapat haid/nggak sih sebetulnya". Namun jika mengikut prosedurnya harus ada test BetaHCG yang harus kita lakukan untuk memastikan angka keberhasilan/kegagalannya.

Atau kemungkinan lainnya bisa jadi, misal yang di dalam rahim saya ini tumbuh dan yang di laboratorium tidak tumbuh, artinya ya ini anak kami satu-satunya dari proses IVF ini.

Sudahlah, hanya bisa berdoa sekenceng-kencengnya dan pasrah. Manusia bisa apalagi...

Day 6 after OPU

Handphone saya kembali berdering, mendapat telp dari embriologyst. Jantung rasanya mau copot. Semacam telp yang ditunggu-tunggu tapi bergitu ditelp beneran jadinya deg-degan gitu loh..

Halo, ibu Intan. Mau mengabari untuk embrionya yang kemarin, hari ini sudah blastosis bu dan kualitasnya menjadi good”. Haah.... ga salah denger?. “kualitasnya good?” | “iya bu, kualitas embrionya naik dari moderate menjadi good. Langsung kami lakukan penyimpanan ya bu, nanti ibu akan di hubungi bagian kasir untuk info lebih lanjut”.

Ya Allah... Subhanallah... masih speechless. Singkat cerita kami langsung melakukan penyimpanan embrio untuk calon anak kami si “Winter Soldier” ini. Kami menyebutnya winter soldier karena memang dia dibekukan sampai saat nanti dia di thawing (pencairan embrio setelah jangka waktu tertentu pembekuan) untuk kemudian dia di tranfer ke rahim saya beberapa tahun lagi jadi si adek.

Awal Mei 2019

Harusnya seperti bulan-bulan sebelumnya, saya haid di awal bulan, sampai saat 2 weeks after OPU adalah “hari penentuan”. Hari ini dijadwalkan untuk tes darah Beta hCG untuk mengukur kadar hCG. Buat sobat gampang beranak mungkin ada yang tanyakenapa nggak di test pack aja sih, kenapa kudu tes Beta HCG segala (tes darah)?” | “ya boleh aja di test pack, saya juga test pack kok dirumah, cuma emang klo kita melakukan tes darah B-hCG ini angkanya kelihatan, klo test pack kan jawabannya cuma garis 1 atau garis 2”. Fyi, dalam rangkaian program peranakan, hasil dalam satuan angka sangatlah diperlukan.

Sampai saat pemeriksaan B-hCG ini saya belum haid, padahal jadwal haid saya tidak pernah ingkar janji. This is my injured time, saya jalannya pelaan-pelaan kaya’ putri Solo, karena takut bocor. Setelah kelar semuanya, hasil lab bisa keluar sore harinya, namun akan percuma kalo saya tanya ke Suster Intan, beliaunya pasti nggak mau kasih tau, saya disuruh bertemu langsung dengan dr. Ali Mahmud besok. Uuuhh penasaran bgt ga tuh, masih harus tunggu besok.

Biasanya ya.. biasanya.. untuk beberapa orang yang yakin, pasrah, ga sabaran & berani menghadapi apapun yang terjadi. Mereka akan melakukan test pack sendiri dirumah. Cuma masalahnya berani/nggak. Klo saya sih setelah pulang dari Morula, saya langsung test pack wkwkwk.. pikir saya soon or latter sama aja, akan ketauan hasilnya juga. Klo gagal ya biar nangis duluan dirumah, besok ketemu dokter biar ga kaget lagi. Padahal saya sendirian lo dirumah, mas Adin langsung cabut ke kantor habis anterin pulang.

Dengan perasaan pasrah & yakin saya menuju kamar mandi. “yakin apa Tan?” | “waktu itu saya yakin berhasil memang”. Saya punya good feeling kali ini, karena haid saya bener-bener terlambat & tidak terjadi flek. Kemudian benar saja hasil test pack saya garis 2 samar, yang artinya telah terjadi kehamilan. Alhamdulillah saya menangis bahagia, sujud syukur, langsung berkabar ke Mas Adin, keluarga & teman dekat. Semua yang mengikuti perjalanan panjang saya juga ikut bahagia.
Hasil test pack yang saya lakukan sebelum saya tau hasil tes Beta HCG.
Besoknya saat bertemu dr. Ali, hasil tes B-hCG saya disebutkan. Alhamdulillah angkanya 270, yang artinya diatas angka 100 InsyaAllah kuat, jadi nggak perlu tes B-hCG berulang lagi. dr. Ali juga ikut bahagia namun tetap mewanti-wanti untuk berhati-hati, karena kehamilan awal ini masih sangat risky, segala kemungkinan bisa terjadi.
Hasil tes Beta HCG 2019.
Iya, emang masa-masa yang saya takutkan adalah saat ini, dimana janin belum dapat dilihat, USG pun masih berupa kantung, apalagi detak jantung, masih belum ada. Trauma pernah mengalami keguguran 2x bahkan sebelum mendengar detak jantung bayi karena kualitas kromosom janin yang jelek. Saya berdoaa bgt yang kali ini semoga tumbuh, makanya saya mewanti-wanti orang-orang yang sudah saya kabari untuk nggak sebar-sebar berita dulu.

Trimester 1

Perjalanan menuju kelahiran masih panjang. Masih banyak prosedur pemeriksaan yang harus saya lalui dalam rangka menjaga kehamilan ini, berbagai cek lab masih harus saya lalui. Macam-macam obat penguat & vitamin kehamilan juga masih harus saya konsumsi. Beberapa pantangan makan masih saya ikuti. Cuma kali ini semua terasa lebih ringan dijalani, Alhamdulillah.
USG pertama kali di usia kehamilan 6w, Alhamdulillah terlihat kantung kehamilan yang berisi yolk sac, kali ini kantungnya benar ada isinya, nggak kosong lagi seperti sebelum-sebelumnya. Tumbuh kuat & sehat ya nak!
USG 8w, MasyaAllah ini pertama kalinya kami mendengar detak jantung janin (DJJ).
Kehamilan di trimester awal ini juga tidak saya lalui dengan mudah lo, saya sempat bedrest di rumah sakit, sempat pendarahan, dll. Tapi Alhamdulillah masih bisa bertahan. Penasaran sama cerita selanjutnya? Saya akan bikin ceritanya terpisah, tungguin ya.
Bleeding yang sempat terjadi di trimester 1, ngeri bgt darahnya. kira-kira kenapa ya?

10 November 2019

Tepat di hari ini adalah anniversary pernikahan kami yang ke 7 tahun. Usia kehamilan saya 8 bulan. InsyaAllah akhir Desember atau awal Januari buah hati yang selama ini kami perjuangkan akan lahir ke dunia, nggak sabar pengen ketemu rasanya. Tapi nggak mau buru-buru juga, saya maunya dia keluar saat cukup usianya, alias nggak prematur insyaAllah.

di hari Anniversary, kami menyempatkan staycation karena nggak boleh ke luar kota sama dokter. Kami juga sengaja membuat foto maternity supaya ada kenang-kenangan. Saya nggak lupa request ucapan ke hotelnya, supaya asyique wkwkwk... (booking hotel sendiri, request ucapan sediri) gapapa, sekali-sekali kasih surprise ke suami.
Greetings card.
wkwkwk!


Resume perjalanan program kehamilan

Jika mungkin ada yang mengira bahwa kami selama ini diem-diem bae’ alias tidak berusaha maksimal untuk memiliki keturunan, anda salah. Kami berusaha, tapi memang saya belum pernah share selama ini karena belum berhasil. Lagipula jika dilihat dari postingan saya dimana-mana saya juga (kaya’nya) nggak pernah bikin status galau atau sedih terkait kegagalan demi kegagalan yang pernah saya alami, atau status doa-doa kenapa sampai saat ini kami belum memiliki keturunan. Sampai akhirnya bikin sebagian orang penisirin. Ga bikin status doa-doa bukan berarti saya nggak pernah berdoa atau kurang religius. Saya nggak pernah share hal-hal seperti itu hanya karena itu bukan tipikal saya.
Uuu.. cayaang.
Tidak ada niatan saya untuk menutup-nutupi semua upaya yang sudah kami lakukan, hanya saja karena belum finish saya lebih memilih untuk nggak cerita potong-potong. Saya berjanji ke diri sendiri, jika saatnya berhasil saya akan share semua cerita saya.
Kronologi waktu perjalanan usaha kami meuju kehamilan, agar lebih mudah dipahami.

Manfaat cerita ini buat saya & orang lain


Buat saya: 


  • Tulisan ini sebagai kenang-kenangan perjuangan kami. Tidak menutup kemungkinan juga suatu saat buah hati kami membaca kisah ini dan tahu bagaimana kedua orang tuanya memperjuangkannya (huuu mewek). 
  • Sebagai pengingat bahwa kami pernah berkorban tenaga, waktu, pikiran, perasaan, bahkan harta yang tidak sedikit demi mengusahakan sesuatu. Sengaja juga tulisan ini saya posting setelah anniversary kami ke-7, harapannya agar rumah tangga kami semakin solid nggak mudah goyah oleh cobaan, mengingat berbagai upaya & kegagalan bertubi-tubi yang pernah kami lewati bersama. 
  • Saya ingin teman-teman atau siapa saja yang penasaran dengan perjalanan kehamilan saya, bisa baca cerita lengkapnya disini tanpa harus menduga-duga atau berspekulasi. Karena ceritanya langsung saya tulis sendiri, sumbernya langsung dari saya (bukan dari cerita orang lain). 
  • Mempermudah hidup saya ketika ditanya “kamu program dimana?”, “sama dokter siapa?”, “programnya apa?”, dll. Tidak ada salahnya memang bertanya seperti itu, tapi kalo yang tanya satu batalyon pegel juga kan kira-kira w jelasinnya atu-atu. Kalo gini kan saya tinggal share linknya aja. Ya ga?. 
  • Mempermudah menjelaskan ke siapapun, sekaligus tentang istilah-istilah kedokteran yang mungkin nggak banyak orang tau, saya bisa sertakan linknya. 
  • Setelah ini mungkin saya bakal punya teman baru seperjuangan.


Benefit untuk orang lain:


  • Memberikan semangat ke teman-teman atau bahkan siapa saja yang sedang menjalanan program kehamilan, bahwa kalian nggak sendiri. Saya tahu bagaimana perjuangan banyak orang di klinik tempat saya program, semua perjuangannnya luar biasa, yang permasalahannya lebih kompleks dari Alodita atau Hanum Rais buanyaak buk, jadi tetap semangat dan jangan berkecil hati... 
  • Dengan baca cerita ini, kalian bisa mendapat cerita yang sebenarnya & selengkapnya dari awal hingga akhir program saya. Semua saya tulis berdasarkan pengalaman, kronologi waktu dan data medis saya. Kalian nggak perlu capek-capek tanya-tanya ke orang lain kalo penasaran. Sehingga bisa mengurangi kesalah-pahaman. 
  • Mempermudah sahabat2, keluarga atau teman saya jika ditanya “eh Intan tuh program apaan sih?, dimana?, dll”. Kalian bisa tinggal share linknya aja kan? Enak kan kalian bisa menghemat waku & tenaga 90% (saya pun) hahaha. Termasuk siapapun yang baca cerita ini, boleh share kok :) .


Pada akhirnya...

Saya senang bisa menceritakan ini semua, saya nggak malu, kalopun pada akhirnya saya harus bilang bahwa kehamilan saya diupayakan melalui cara bayi tabung, kenapa musti malu?!. Jika dianggap sulit memiliki keturunan sampai harus bayi tabung segala ya ga masalah, toh juga Allah memberi cobaan ini sekaligus memberi jalan keluar bagi kami. Alhamdulillah kami dimampukan secara fisik, mental, spiritual, financial, waktu, kesempatan dll. Bagi saya analoginya sama halnya dengan beli kendaraan (misal). Untuk beberapa orang ada yang bisa beli cash ada juga yang harus mencicil, cara mendapatkannya bisa beda-beda, tapi goalnya tetap sama kan? punya kendaraan.

Sama satu lagi saya beritahu... nggak perlu malu untuk bercerita seperti ini, jangan malu diejek, karena kecenderungan warga +62 itu kebanyakan (kebanyakan loh ya bukan semua) hanya berfokus pada hasil, bukan proses. Begitu tahu kalian yang lama ga hamil-hamil ini akhirnya hamil & punya anak, bagaimanapun jungkir-baliknya kalian memperjuangkan ini. Mereka pasti cuma lihat satu hal, "ooh sudah punya anak sekarang" hehehe... yaudah gitu aja palingan, jadi ga perlu risau.

Eniwei, saya bersyukur sekali atas karunia Allah SWT kepada keluarga kami. Sungguh tahun ini banyak sekali berkah yang diberikan Allah SWT kepada keluarga kami, selain kehamilan ini juga masih banyak yang lain.
MasyaAllah Tabarakallah. Dengan kehendakNya semua bisa terjadi.
Teman-teman yang masih berjuang teruslah semangat. Yakinlah bahwa suatu saat usaha kalian PASTI akan berhasil, apapun usahanya. Program IVF memang terbukti berhasil pada saya, namun belum tentu di orang lain, artinya... belum tentu IVF adalah jalan terakhir dan pasti berhasil. Banyak juga yang justru berhasil alami setelah berkali-kali gagal IVF dan pasrah. Ada juga yang melakukan pengobatan alternatif berhasil, karena memang kemampuannya sampai situ. Ikhtiar bisa dengan berbagai jalan, bisa dengan mengupayakan pola hidup sehat, olahraga, pengobatan, bahkan doa yang kita sampaikan terus menerus juga merupakan sebuah ikhtiar. Intinya Allah SWT ingin tahu seberapa keras kita berupaya untuk mencapai tujuan kita, asal jangan menggunakan cara-cara yang bertentangan dengan aqidah agama. Saya juga nggak lupa berdoa agar setiap ikhtiar kami selama ini sekecil apapun, dihitung sebagai amalan pahala bagi saya & suami saya.

Rangkaian cerita saya tentang program kehamilan ini masih akan berlanjut ke cerita selanjutnya, masih banyak yang ingin saya ceritakan, karena jujur saya kerjaan saya waktu masih galau-galau program dulu suka browsing-browsing juga. Kira-kira kalian pengen saya cerita tentang apalagi ya?.

P.S. Jika ada yang ingin ditanyakan selain informasi yang sudah saya tulis diatas, silahkan meninggalkan komen dibawah atau bisa melalui instagram saya @irespat atau email saya di irespat@gmail.com. Terima kasih sudah mampir untuk membaca :)

CONVERSATION

72 comments:

  1. Intaaannn... aku berkaca2 bacanya. Alhamdulillah... Semoga lancar sampai lahiran. Sehat2 buatmu & the lovely survival embrio yaaaa ❤

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tiaa.. makasih sudah membaca cerita yang panjang ini. Amiin.. terima kasih doa baiknya ya. sehat juga untuk km sekeluarga :)

      Delete
  2. Mba intannnn... Ya Allah bacanya semacam naik roller coaster. Jadi teringat langsung pas waktu ketemu mba di 2 klinik yg sama ya di dr didi sama prof bus. Sehat2 selalu mba ntan dekbay. Sebentar lagi masuk fase selanjutnya. 😚😚😚 Eits itu ada beberapa cerita berlanjut nya ya, hahaha jadi ga sabar pengen baca ceritanya semoga tangannya ga capek buat nulis lagi hihi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. hii Pin.. ngomong2 tentang ketemu di klinik El Shafi, waktu ketemu km itu habis kontrol aku langsung pulang lo, alias ga nunggu panggilan kasir, alias lupa bayar hahaha... tapi di jalan inget langsung aku telp kliniknya, aku jelaskan ke kasirnya dan aku bayar di pertemuan berikutnya, fiuuh...!.

      Delete
  3. terharu, baca ceritanya mb.. semoga persalinan nya nanti lancar, ibu dan bayi nya sehat walafiat tidak kurang satu apapun... aamiin allahuma aamiin..

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih sudah membaca mb, amiin..YaRabbalAlamin... terima kasih doanya.. salam kenal :)

      Delete
  4. Subhanallah aku terharu sekali membaca postingan mbak intan dg berbagai bentuk ikhtiarnya untuk sampai suces kehamilannya.itu salah satu bentuk ujian dari Allah swt mbak intan dg mas Adin.yg terus berusaha ,bersabar menjalaninya.hingga saat ini.Alhamdulillah Allah mengkarunia buah hati yg selalu ditunggu kelahirannya
    Semoga nanti lahir dg selamat lancar dimudahkan sama Allah sehat baby-nya dan mamanya
    Dan kelak menjadi anak yg qurrata a'yuun.Amiin yaa roob
    Terima kasih ya Rabb atas semua karuniamu smga mbak intan dan mas Adin tambah menjadi keluarga yg lebih pandai mensyukuri semua nikmatMu yaa raab.Amiiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mbak intan terimakasih sudah menuliskan ceritanyaa ..
      Alhamdulillah memberikan energi positif buat aku yg lgi down tentang hamil.

      Delete
  5. Intan, terharu bgt aq bacanya. Lancar sampai lahiran ya ntan, diberikan kemudahan ma Tuhan, sehat buat baby dan mommy nya. Aq juga ngerasain bgt bagaimana perjuangan nya, luar biasa. Makasih juga bisa jadi motivasi tersendiri buat aq lebih semangat lagi, doain yah semoga bisa menyusul kalian. senang bisa baca tulisannya intan :-)
    salam buat adin juga yahh..

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih Adel, semoga sebentar lagi doa kailian dikabulkan ya. semangat!

      Delete
  6. Selamat y atas kelahiran putra tercintanya...
    Semoga menjadi ank sholeh n berbakti kepada ortu...
    Welcome baby haidan...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amiin... yaRabbal Alamiin. terima kasih untuk doanya.

      Delete
  7. Aku baca sampai habis mbak. Selamat ya mba. Lancar2 persalinannya. Semoga dipermudah segala sesuatuny. Amazing dan berkaca2 bacanya. Salam kenal mba dari siswa ibu di smansa dlu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. salam kenal juga mba, terima kasih sudah membaca :)

      Delete
  8. Alhamdulillah, intaaaan.
    Perjuanganmu luar biasa, Alhamdulillah.
    Selamat ya Tan.
    Semoga menjadi anak yg Sholeh.
    Salam sayang dan rindu utk mu.
    Masih inget aq kan?

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih ucapannya Lina, amiin doanya.

      ingat donk, Lina temen SD yg suka tanya "sudah isi belom?" itu kan dulu.

      Delete
  9. Ya Allah sesuatu yo ntan perjuangannyo...
    Selamat yoo akhirnyo bude Retno dapat cucu dr intan..

    Koreksi sikit lah.. fhoto umroh caption nyo Desember 2019.. pas baca alur ceritanya mestinya (mgkin) desember 2018..
    Salam dr Morenem

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah.. Barakallah..
    Allah Maha Baik..
    Semoga saya bisa merasakan kebahagiaan yang sama seperti mb Intan.. Aamiin.. aamiin..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amiin yaRabbal alamiin mbak, semoga sebentar lagi doa mbak dikabulkan Allah SWT

      Delete
  11. I have read a few of the articles on your website now, and I really like your style of blogging. I added it to my favorites blog site list and will be checking back soon. Please check out my site as well and let me know what you think. 2k injection molding

    ReplyDelete
  12. Hai kaka,,,tulisan k2 menguatkan aku sebagai pejuang garis 2.
    Congratulation ka...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih ya mbak sudah mampir ke blog saya untuk mebaca & meninggalkan komen, semangat terus :)

      Delete
  13. Subhanallaah.. q baca ceritanya semangat sekali,
    Selamat mba intan..salam kenal dari saya. Semoga saya pun segera mendapat garis 2 😊😊 bismillaah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal juga mba, semoga Allah SWT mudahkan ikhtiarnya ya. semangat terus. sehat selalu :)

      Delete
  14. selamat ya atas usahanya yang sungguh luar biasa. usia pernikahan saya yang baru 2th dengan perjuangan promil saya rasanya belum ada apa2nya dibanding dengan usaha yang sudah mba intan lakukan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih mba, banyak juga yang usahanya lebih dari saya. Semangat terus sesama pejuang garis dua :)

      Delete
  15. Terimakasih ya kak sudah menulis ini, melihat perjuangan kakak yang begitu panjang dan luar biasa membuat saya berfikir kalo ternyata perjuangan saya selama ini belum ada apa2nya dan belum saatnya untuk menyerah. saya 1 tahun menikah dan pernah keguguran di usia 6w dan sekarang 6 bulan pasca kiret Allah belum kasih kepercayaan untuk hamil lagi. membaca cerita ini membuat saya lebih semangat lagi untuk berusaha. terimakasih kak. semoga kakak sekeluarga sehat selalu yaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih sudah mampir ke blog saya untuk membaca mbak, semoga Allah SWT segera memberikan kepercayaan lagi, kali ini lebih kuat. semoga sehat selalu ya :)

      Delete
  16. Selamat kak atas kehamilan kakak:) masyaAllah semoga dede bayi tumbuh menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua, dekat dengan Allah subhanahuwataala.. Dan dimudahkan dalam menghadapi segala rintangan, diberikan kesabaran, kelapangan hati:):)..
    Benar² nangis baca storynya... Terimakasih kak sudah memberi motivasi kepada pembaca, termasuk saya:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amiin... terima kasih doa baiknya mba. si kecil sudah hampir 1 tahun dan tumbuh sehat sekarang. semoga kebaikan juga menyertai mbak sekeluarga. amiin...

      Delete
  17. Selamat ya Mbak, saya juga pejuang garis dua, yang usaha nya belum seluarbiaaa usaha mbak, usia pernikahan juga masih 2 tahun.Baca cerita mbak membuat saya semangat untuk berusaha dan nabung2 buat kemungkinan2 lainnya. Sungguh kata2 "kenapa saya selalu berdarah" itu juga kalimat yang saya mbathin tiap bulan selama nikah. Semoga mbak, mas, dan debay sehat selalu dan selalu dalam lindungan-Nya, aamiin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih mba doanya. doa terbaik juga buat mba sekeluarga :) terima kasih juga sudah mampir membaca.

      Delete
  18. Masyaallah mba, terharu bgt bacany sampe nangis akutuh hehe.
    Sehat2 terus utk mba dan keluarga yaa ☺️
    Aku jg pejuang garis 2 , sudah hampir 2 tahun, terus baca cerita mba jadi semangatt. Doakan segera menyusul mba yaa.
    Terimakasih banyak sudah berbagi cerita perjuangan ini🤗🤗

    ReplyDelete
    Replies
    1. halo mba, terima kasih sudah mampir untuk membaca. semoga ikhtiarnya segera membuahkan hasil ya

      Delete
  19. Halo saya mau tanya. Waktu bayi tabung pertama dengan IMSI mba?. Kalau saya baca yg ke 2 dengan IMSI ya. Sehat selalu ya mba. Terimakasih sudah share pengalaman nya. 🙏

    ReplyDelete
  20. Kamu kuat sekali mba :')
    Terima kasih atas ceritanya yg benar2 menyayat hati, tulisannya sangat bagus dan bermanfaat. Semoga selalu diberi kesehatan utk keluarga mba ya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. amiin yaRabbal alamiin... terima kasih doanya mba. doa baik juga untuk mba sekeluarga

      Delete
  21. Apa daya kak intan.. Aku tidak mempunyai harta untuk bayi tabung.. 😭😭😭
    Aku hanya pasrah, yakin sama allah pasty allah akan kabulkan doa aku di waktu yg tepat. Aku yakin

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul mba keyakinan itu yg utama. semoga Allah segera mengabulkan doa mba

      Delete
  22. Halo mbaa, aku juga lagi banyak gugling trus nemu perjuangan mba dan air mata tb tb netes gt. Kamu kuat bgt mbaa. Aku jadi maluu keguguran pertama ini langsung drop. Semoga aku bisa kuat kaya mbaaa. Makasih mba secara galangsung ud nyemangatin dgn tulisan mba ❤️

    ReplyDelete
    Replies
    1. hi dear salam kenal. secara nggak langsung kegagalan pasti akan menguatkan kita. semangat terus ya :)

      Delete
  23. cuma bisa bilang....kamu kuat mbak...semoga bahagiamu menular kepada keluarga kecilku yg lagi berjuang mendapatkan baby...🤲🏻😇

    ReplyDelete
  24. Nggak bisa comment apa2. Kalian luar biasa..semoga selalu sehat buat anaknya mba.jadi anak yg berbakti dan taat kepada Tuhan. Dilanggengkan pernikahannya..jujur sambil mrebes mili comment ini. MasyaAllah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. amiin yaRabbal alamiin... terima kasih doanya mba. doa baik juga untuk mba sekeluarga

      Delete
  25. Nemu blog ini disaat galau mau ivf dimana.huhu..jadi semangat lagi.terima kasih info yg sangat bermanfaat mbak..semoga mba intan dan keluarga sehat selalu.
    Semoga saya juga disegerakan untuk memiliki keturunan. Semoga ikhtiar ivf ku juga berhasil, aamiin

    ReplyDelete
  26. MaasyaAllah berlinang air mata baca nya

    ReplyDelete
  27. Nemu blog ini disaat lagi galau krn promil yg belum berhasil, jd ikut terharu. Terima kasih utk cerita proses perjuangannya. Semoga sehat selalu sekeluarga & semoga kami² diluar sana yg sedang berusaha pun dijawab doanya

    ReplyDelete
  28. Hallo mba intan, terimakasih sudah share pengalaman nya. Skrg sy lagi program IVF, semoga sy juga bisa segera menyusul kesuksesan mba intan. Sehat dan bahagia selalu mba intan dan keluarga

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih sudah mampir untuk membaca mba. semoga lancar ya semua prosesnya.

      Delete
  29. Hy mba Intan salam kenal.

    Emosi naik turun baca pengalaman program hamil yang mba jalani. Mengharu biru mba. Alhamdulillah Allah SWT kasih kepercayaan meski tidak secepat pasangan lainnya.

    Kebetulan saat ini saya juga sedang menjalankan program IVF di Morula Surabaya dengan dr Benny. Sudah sampai tahap OPU dan rencana ET nunggu 2 period lagi (menurut info dr). Mohon doanya semoga semua proses berjalan lancar dengan hasil terbaik, lebih bersyukur apabila hasilnya sesuai dengan yang saya harapkan. Aamiin yaa robbal alamin.

    Sehat dan bahagia selalu mba Intan serta keluarga.

    Salam,
    Prima Okta.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal mba Prima, wah di Morula Sby juga ya sama DokBen. Semoga dilancarkan ya mba semua prosesnya dan hasilnya sesuai harapan. AminYaRabbalAlamiin,,,

      Delete
  30. Hai mba Intan.kisahku sama seperri mba Intan di awal cerita,awal menikah belum kepikiran mau punya anak, seiring berjalan waktu, ketika merasa sudah pengen dan siap, justru ga hamil2 hikss sedih bgt. Tahun ke 4 promil, tp ga berhasil. Sudah kemana2 dr dokter sd alternatif. Sempat hamil sampai 16 week, tapi keguguran dan kiret. Skrg sudah setahun lebih, blm hamil juga. Pernikahan juga sudah tahun ke 6. Aq ga berani coba inseminasi mba, karena lebih seeing baca dan dengar cerita kegagalan drpd keberhasilannya, padahal untuk keluar biaya sebanyak itu pun bkn hal mudah. Skrg baru banyak2 puasa, olahraga dan atur makan. Selamat untuk mba Intan yg sudah punya putra yg sehat. Senang sekali perjuangannya berakhir betul2 bahagia

    ReplyDelete
    Replies
    1. halo mbaa, semangat terus ya, semoga usahanya semakin mendekatkan ke hasil

      Delete
  31. Kalo boleh tau biaya untuk 1 kali siklus program brapa yah???

    ReplyDelete
    Replies
    1. halo, mengenai biaya, bisa dibaca di tulisan ini ya https://www.irespat.com/2021/02/berapa-biaya-yang-harus-dipersiapkan.html

      Delete
  32. Halo Kak Intan, salam kenal. Seneng banget bisa ketemu blog Kak Intan, dan sesudahnya aku merasa cemen banget, uda sedih2 sampe nangis2 padahal ternyata memang betul banyak yg bahkan harus tahunan dan segala program harus dijalani, sampe ga terasa bacanya sambil mewek ((padahal lagi di kantor)). Terima kasih ya Kak sudah sangat menginspirasi dan memotivasi untuk tetap berjuang :))
    Semoga kak Intan dan keluarga senantiasa diberi kesehatan dan kelancaran urusan :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih sudah membaca kak. Tetap semangat selalu ya.

      Delete
  33. Cerita ini sangat bagus sekali, saya sebagai wanita dapat merasakan dan dapat membaca kekuatan hakiki seorang wanita, seorang Ibu . Salam kenal Intan, saya izin akan mengutip dan menyarankan kisah nyata luar biasa ini untuk memotivasi siswa dan klien saya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih sudah membaca. semoga bisa membawa kebaikan untuk semuanya

      Delete
  34. Halo Kak Intan, saya mau tnya, dulu catering utk program bayi tabungnya dimana ya?? saya lagi cari catering jg soalnya. tq

    ReplyDelete
    Replies
    1. bisa chat ke ig saya ya kak @irespat

      Delete
  35. terima kasih mba, aku ngrasa nggak sendiri...

    ReplyDelete
  36. Sehatsehat ya mba. Sebuah perjalanan yg menguatkan kami selaku #PejuangGaris2 juga. ♥♥

    ReplyDelete
  37. Maa syaa Allaah baca ini aku berkaca². Mengingat Allah udh kasih ni'mat dgb satu anak.
    Saya lg baca² cerita promil org, dgn sifat dasar manusia yg tdk pernah puas. Pengen Allah amanahkan lg anak, krn jarak sudah 4 tahun.
    Tapii begitu membaca ini, begitu sangaat amaaat panjaang dan berat. Hah, lagi lagi hamba kurang bersyukur.
    Thank you ya kak. Semoga semua sehat² selalu dan Allah jaga

    ReplyDelete
  38. Terimakasih sharingnya kak....sgt memberikan gambaran ke kami yg mau melakukan inseminasi / bayi tabung pd akhirnya...sy sedang berjuang juga....skrg sdh pernikahan ke 5 th....semoga Allah memberikan rejeki ke kami juga...aminn

    ReplyDelete

Back
to top