Seberapa penting Tes Beta HCG? Bagaimana akurasinya jika dibandingkan Testpack?

Tiba-tiba saya kepikiran untuk menulis pengalaman yang pernah saya ketahui tentang betapa pentingnya ternyata tes BetaHCG ini untuk wanita-wanita yang sedang promil atau mungkin juga tidak promil. Seberapa penting dilakukan?, seberapa akurat jika dibandingan dengan alat test pack biasa?, kapan harus melakukan tes ini?. Yuuk… mari kita bahas, baca sampai habis ya.

HCG merupakan singkatan dari human chorionic gonadotropin, yaitu hormon yang diproduksi selama masa kehamilan. Jadi hormon ini hanya akan terdeteksi pada wanita saat terjadi kehamilan.

Hormon HCG dihasilkan oleh sel-sel yang terbentuk di dalam plasenta dan berfungsi untuk memelihara sel telur yang telah dibuahi oleh sperma dan telah menempel pada dinding rahim. Hormon hCG umumnya dapat terdeteksi di dalam darah atau urine setidaknya 10-14 hari setelah proses pembuahan. (sumber artikel: https://www.alodokter.com/ketahui-apa-itu-pemeriksaan-hormon-kehamilan).

Fyi, bagi yang belum tahu. Bagi para wanita, biasanya setelah melakukan program inseminasi (IUI) atau bayi tabung (IVF), di hari ke 10-14 dihitung dari dari hari pertama inseminasi atau ET (bagi yang bayi tabung). Dokter kandungan akan menjadwalkan untuk melakukan tes hormon betaHCG untuk mengetahui ‘hamil nggak nih?’. Jadi test betaHCG itu fungsinya untuk mengetahui hasil dari program kehamilan yang telah dilakukan, simplenya gitu

Ada 2 cara yang bisa kita lakukan untuk mengetahui wanita itu beneran hamil/tidak (ada tidak hormon HCG dalam tubuhnya). 

1. Test BetaHCG kualitatif. Pemeriksaaan untuk mengetahui kadar hormon HCG dalam urine

Paling simple ya dengan cara membeli alat testpack di apotik lalu melakukan test sendiri di rumah dengan sample urine. Dengan cara umum ini artinya kalian sedang melakukan test BetaHCG kualitatif lo sebetulnya, keren kan istilahnya?. Tapi biasanya kita nyebutnya “tespek/alat testpack”. Lalu apakah ada perbedaan kualitas antara alat testpack mahal yang instagenic dengan alat testpack murah yang harganya start from 3rb di apotik (di marketplace malah 900 rupiah aja perbijinya klo beli 1 pack wkwkwk). Nggak ada bedanya Bun antara yang mahal dan yg murah, sama-sama 99,99% akurat. 
Testpack murah meriah. (Sumber gambar: Google).
Biasanya gini, wanita-wanita yang sedang pengeen bgt hamil, trus ngerasa-ngerasa nggak enak badan dikit, haid telat, pusing-pusing, mual-mual bawaannya dll. Lalu test pack lah pake yang murah hasilnya garis 1. Kecewa lah, kemudian merasa “ah ga akurat kali’ hasilnya karena tespek murahan. Aku beli yang mahal ajalah”. Dah dikencingi pake urine ‘fresh from the oven’ pagi buta pake alat test pack mahal tetep garis 1 juga, baru nangees (T_T). Wkwkwk bisa ya saya nulis gini, soalnya saya pernah gini juga dulu, jaman “mabok” promil. Percayalah mahal/murahnya alat test pack akurasinya sama. Mau test urine jam berapapun, sebelom makan/setelah makan, sebelom sholat atau setelah mendapat hidayah pun kalo garis 1 ya tetep garis 1. Klo garis 2 ya tetep garis 2. Begitulah.

2. Test BetaHCG kuantitatif. Pemeriksaan untuk mengetahui kadar hormon HCG dalam darah.

Testnya dilakukan di laboratorium menggunakan sampling darah, hasilnya hitungan jam. Jika pada alat testpack biasanya akan muncul garis 1 sebagai tanda tidak hamil dan garis 2 jika hamil. Berbeda dengan test BetaHCG kuantitatif ini, seperti namanya kuantitatif berarti sifatnya menunjukkan kuantitas. Hasil lab berupa angka. Yang mana seperti bisa dibaca di keterangan, jika angka menunjukkan >5 itu artinya sudah terjadi kehamilan. 
source: pregnant-pregnancy.blogspot.com

Tetapi apakah sesimple itu kenyataannya?

Beta HCG Kuantitatif

Selanjutnya akan saya singkat dengan istilah tes bhcg aja ya biar cepat. 

Saya pernah 2x melakukan program IUI (inseminasi) tetapi di 2x program ini saya belum pernah punya pengalaman melakukan tes bhcg karena keburu haid saya duluan datang sebelum waktunya tes, alias udah ketauan gagal duluan bahkan sebelum tes.

Lalu saya pernah 2x melakukan program IVF (bayi tabung). Disini akhirnya saya merasakan betapa trickynya tes bhcg ini.

Pengalaman IVF #1 (2018)

Sampai pada saat tes bhcg, akhirnya saya mendatangi lab untuk diambil sampling darah saya melalui pembuluh vena (siku tangan). Singkat cerita besoknya angka bhcg saya muncul 202. Angka yang bagus donk, mengingat untuk dinyatakan hamil itu hanya butuh angka 5 saja. 
Hasil test Beta HCG IVF #1.
Tapi… kenyataannya, saat itu keadaan saya bleeding, bleeding terus menerus. Saya menganggap ini tidak wajar, saya positif hamil tapi kok saya berdarah, emang ada orang hamil barengan ama haid, kan nggak mungkin. 

Dokter saya waktu itu, dokter Amang, masih mencoba membesarkan hati saya dengan bilang, “bisa jadi itu implantation bleeding bu”. Tapi tetep dalam hati saya “Ah masa’ sih, masa’ implantation bleeding terjadi di hari ke-12 pasca embrio transfer. Harusnya jika memang implantation bleeding biasanya akan terjadi di hari ke 3-4 pasca ET. Ah nggak wajar nih. Klo udah 2 minggu lewat dari ET kan memang jadwalnya menstruasi”. Itulah yang ada dipikiran saya saat itu. Pengen nggak percaya sama dokter Amang tapi kok dokter dilawan. Pengen percaya feeling saya kok terlalu menyedihkan. Pulanglah saya kerumah dengan perasaan hampa. Testpack lah saya, hasilnya garis 2 (yaiyalah, orang bhcgnya 202). Tapi saya nggak berani bersukacita dulu karena masih bingung.
Hasil testpack IVF #1 2018.
Saya disarankan untuk bedrest dirumah oleh dokter dan suster. 2 hari kemudian saya bener-bener sudah nggak tahan. Kondisi saya makin parah, darah yang keluar sudah penuh ukuran pembalut 35cm. Sudah berkali-kali ganti pembalut juga. Akhirnya saya telp dokter Amang, kemudian beliau menyarankan untuk tes bhcg ulang. “kemaren di angka 202 ya, harusnya sudah 2 hari berselang, angkanya harus ada kenaikan walaupun sedikit, itu artinya ada pertumbuhan. Jika angkanya turun artinya not good” dr. Amang bilang begitu di telp.

Singkat cerita, tes lagi lah saya, hasil keluar. Angkanya merosot menjadi 175 dalam 2 hari. Hmmm artinya saya memang sedang mengalami abortus spontan.


Kesimpulan:

Dari cerita pengalaman IVF #1 tadi akhirnya saya dapat menyimpulkan betapa pentingnya tes kehamilan yang menunjukkan angka. Karena jika hanya menggunakan alat bantu testpack, saat kondisi saya bleeding pun jika di testpack hasilnya akan tetap garis 2, yaiyalah toh angka bhcgnya juga masih 175. Mau merosot jadi angka 5 pun tetep masih akan menunjukkan garis 2. Kecuali jika angkanya sudah <5, garisnya hanya akan muncul 1 di alat testpack.

Kenapa nggak di USG saja sih waktu itu, klo beneran hamil kan ketauan?”. Mungkin akan ada pertanyaan seperti ini. Jawabnya, USG belum bisa dilakukan. Alasan yang pertama adalah jika dilakukan USG dari perut masih belum akan terlihat, alias percuma nggak akan kelihatan apa-apa. Alasan kedua jika dilakukan USG transvaginal khawatir malah memperbanyak volume darah yang keluar (karena saat itu saya sedang bleeding). Jadi jalan terbaik ya memang menunggu dan tes bhcg ulang. Analisa tumbuh/tidaknya ya lewat angka bhcg itu.

Lalu kelanjutannya gimana saat itu?”. Benar saja janin saya tidak berkembang, saya tetap melakukan aktivitas biasa layaknya orang yang sedang menstruasi. Saya tidak mau bedrest lagi, karena buat apa bedrest toh juga sudah jelas hasilnya. Walaupun saya sedih karena artinya IVF saya gagal, tetapi saya harus tetap realistis. Saya bukan sedang melawan takdir, tapi konyol aja rasanya bedrest untuk sesuatu yang sudah tidak ada, malah fisik & pikiran saya bisa sakit kalo nggak bisa menerima kenyataan.

+- 7 hari darah saya makin berangsur berkurang sampai akhirnya hilang. Saatnya kembali kontrol ke dr. Amang. Saya melakukan USG transvaginal. Hasilnya rahim saya sudah bersih dengan sendirinya, tanpa kiret, tanpa obat peluruh. Artinya betul yang kemarin saya alami adalah abortus spontan dan betul BetaHCG results doesn’t lies.

Waktu saya konsul, dokter Amang bilang, “jika waktu tes bhcg ke-2 itu ada kenaikan angka walaupun sedikit saja bu, ibu akan langsung saya rawat di RS”. Jadi skenarionya, jika waktu itu angka bhcg saya ada kenaikan, saya akan bedrest di RS supaya bisa dirawat secara intensif. Tetapi karena ternyata angka bhcg merosot yaudah dibiarin aja bersih sendiri, karena memang nggak ada lagi yang bisa dilakukan.

Pengalaman IVF #2 (2019)

Sampai pada saat jadwal tes bhcg +- 12 hari pasca ET saya bener-bener deg-degan. Satu sisi ini adalah hari penentuan hamil/tidak, tetapi dilain sisi ini juga tanggal dimana harusnya menstruasi saya datang. Haid saya bisa dibilang hampir selalu tepat waktu. Jadi saat saya melakukan tes bhcg ini saya punya keyakinan jika kali ini saya berhasil, karena haid saya belum kunjung datang.

Tes lah saya hari itu, hasil akan diumumkan besok. Karena saya yakin berhasil, siang harinya sepulang tes bhcg saya testpack sendiri dirumah. “Kok bisa seyakin itu sih, emang apa yang dirasakan?”, nggak ada rasa apa-apa, kayakinan itu hanya sesimple karena haid saya belum datang di tanggal yang seharusnya. Pikir saya soon or latter juga bakal tau hasilnya. “Nggak berani test?, cemen amat!. Toh juga kalo gagal tetap akan saya hadapi kan, nggak mungkin dihindari, hehehe…” itu yang ada dalam pikiran saya saat itu.

Besoknya keluar hasil tes bhcg, angkanya lumayan bagus 270. Alhamdulillah. Dr. Ali memberi ucapan selamat. Dr. Ali berpesan, “angka bhcgnya 270 artinya sudah >100, kita anggap sudah cukup bagus, tidak perlu dilakukan test ulang”. “Ooow berarti misal angkanya <100 artinya harus dites ulang dok?”, saya balik bertanya. “Ya, karena jika dilihat dari usia kandungan, +-12 hari pasca ET & 4w dari hpht (hari pertama haid terakhir), harusnya nilai yang baik ya di angka >100. Jika kurang dari itu biasanya akan disarankan untuk tes bhcg ulang beberapa hari kemudian dengan harapan angkanya harus terus bertambah seiring bertambahnya usia kehamilan”, begitu jawabannya.
Hasil test Beta HCG IVF #2.
Saat itu pun tetap saya tidak melakukan USG, baik melalui perut maupun tranvaginal (meskipun sedang tidak bleeding). Walaupun saya sudah dinyatakan hamil. karena lagi-lagi alasannya, percuma belom akan kelihatan apa-apa. 

2 minggu kemudian kontrol lagi, baru deh di USG (tetep ya masih transvaginal, walopun dah bosen setengah mati), baru tuh kelihatan kantung kehamilan dan yolk sac. Alhamdulillah… Artinya kehamilan saya kali ini benar bertumbuh.
USG pertama usia kehamilan 6w.

Kesimpulan

Intinya kalo dilihat dari usia kehamilan, ada standart angka dimana bhcg dinyatakan aman. Jika angka bhcg dirasa belum menunjukkan batas aman, maka kemungkinan akan disarankan untuk melakukan tes ulang, bisa 3 hari kemudian, bisa seminggu kemudian, bisa 2 minggu kemudian. Tergantung dokternya aja nyuruhnya kapan.

Apakah jika nilai bhcg hanya 25 artinya tidak berhasil?”. Nggak gitu juga. Intinya tetap akan disarankan untuk tes ulang sampai benar-benar dilihat apakah betul ada kenaikan angka, sembari menunggu haid datang/tidak, sembari menunggu sudah cukup aman kah untuk dilakukan USG lagi.

Itulah mengapa saya pernah bilang di postingan saya sebelumnya tentang biaya IVF. Disitu saya menulis “kalian berharaplah pada angka bhcg yang tinggi”, karena jika dilihat kaitannya dengan biaya, tes bhcg ulang pastilah menambah cost yang tidak direncanakan. 

Pengalaman miscarriage/keguguran (2017)

Saya pernah hamil alami di tahun 2017, namun kemudian keguguran di usia kandungan < 7 minggu akibat janin yang tidak berkembang.

Saat itu pemeriksaan yang saya jalani masih manual sekali. Saya pun belom mengerti apa itu test BetaHCG kuantitatif. Dokter saya pada saat itupun juga tidak menyarankan apa-apa selain menunggu. Hmm sangat membosankan.

Yang terjadi waktu itu adalah, saya mengetahui bahwa saya hamil setelah saya melakukan testpack, karena haid saya telat 5 hari. 

Hasilnya garis 2. Di hari yang sama, saya langsung memeriksakan kandungan saya ke spog. Saat itu dilakukan USG perut, cuma karena usia kandungan masih terlalu muda, jadi ya kantungnya pun belum kelihatan. Dokter bilang ditunggu 2 minggu lagi kontrol lagi mungkin baru akan kelihatan bu. 

Nah di masa menunggu itu tiba-tiba muncul flek kecil, keciiil sekali ukurannya seujung kuku. Sebagai wanita, saya jelas tau donk bedanya mana flek yang berupa cairan bening, cairan putih, dan mana yang darah. Itu jelas sekali flek coklat bekas darah yang mengering tapi kecil. Panik-nggak..? panik-nggak…? panik lah, masa’ nggak!. Singkat cerita kontrol lah saya ke spog lain dekat rumah, di USG transvaginal, terlihatlah kantung kehamilan yang bentuknya sudah peyot2, dokter bilang saya abortus imminens. Sarannya bedrest aja dirumah, 2 minggu lagi kontrol lagi. Eww…

Lusanya saya Kembali ke spog yang awal saya periksa itu. Dilihat juga masih sama berupa kantung peot yang kosong. Sarannya juga masih sama ditunggu aja bu, 2 minggu lagi bisa kontrol lagi klo memang tumbuh ya tumbuh, klo tidak tumbuh ya artinya janinnya tidak berkembang.

Menunggu lah saya….. menungguuu….sambil bedrest. Harapannya bisa sampe 2 minggu, tapi kenyataannya 1 minggu aja dah ga tahan, posisi darah juga sudah keluar terus. Tapi konyolnya saya masih melakukan testpack setiap hari dan masih garis 2. Trus saya berfikir “ooh anak gua masih ada di dalam, -__--“. Sumpah setelah saya pikir-pikir sekarang, tolol juga sih kelakuan saya dulu.

Karena bleeding terus, kembalilah lagi saya kontrol. Ternyata benar saja, ditunggu 1 minggu keadaan si kantung tidak kunjung membesar dan berisi. Padahal di usia kehamilan itu (6 weeks) seharusnya sudah bisa terlihat janinnya dan terdengar detak jantung janin. Tapi punya saya hanya kantung kosong yang sudah tidak beraturan bentuknya.

Dalam hati saya waktu itu, “please do something dok, jangan suruh saya nunggu lagi”. Ternyata betul, dokter memutuskan janin ini tidak berkembang dan mengambil keputusan untuk dikiret obat saja. Saya diresepkan obat peluruh yang bisa membuat si kantung kehamilan itu akhirnya keluar sendiri. Besoknya kontrol, di USG lagi, sudah kembali bersih rahim saya. Di testpack kali ini sudah kembali muncul ‘garis 1’.

Coba bayangkan, sudah berapa minggu waktu dan tenaga saya terbuang untuk bedrest, kontrol bolak-balik, menunggu. Otomatis saya hanya bisa dirumah saja. Saya sih pengangguran. Tetapi bagaimana jika itu terjadi pada wanita yang harus bekerja kantoran. Coba kalo dari awal langsung disarankan untuk melakukan test bhcg. Hemat waktu, hemat tenaga kan. Nggak baper pula nunggu selama itu. 


Kesimpulan

Tes BetaHCG kuantitatif tidak hanya disarankan untuk wanita yang melakukan program kehamilan saja. Boleh juga dipakai dalam keadaan “kebingungan” seperti yang saya alami diatas. Intinya tidak akan pernah ada kejadian hamil disertai menstruasi, gimana ceritanya? Ya kan?!. Jadi daripada ragu kalian bisa mempertimbangkan untuk melakukan test ini. Test betahcg bisa dilakukan secara mandiri di laboratorium merah/kuning/hijau di kota anda, terserah aja. 

Seperti cerita saya diatas. Janin saya sudah tidak tumbuh, tetapi selama kantung kehamilan masih menempel di rahim saya, hormon HCG masih akan ada dalam tubuh saya. Karenanya alat testpack pun masih akan mendeteksi hormon HCG dalam urine saya, dan mengirim pesan sinyal ‘garis 2’ di alat testpack. Padahal kenyataannya kehamilan saya tidak berkembang. 

Jadi intinya kalo kalian menganggap alat testpack sebagai alat untuk mendeteksi kehamilan (ada/tidaknya hormon HCG dalam tubuh) kalian benar. Tapi kalo kalian mengggap alat testpack itu adalah alat deteksi bahwa kehamilan itu still existing and growing, ya nggak selalu. Seperti pemikiran saya saat itu. Oleh karena itu penting dilakukan test BetaHCG kuantitatif untuk case-case tertentu. Sisanya kemudian untuk pembuktian dan pemeriksaan ya tetap harus dilakukan USG secara berkala. 

Jadi alat testpack vs test Beta HCG mana yang lebih akurat?. Dua-duanya sama-sama akurat, hanya penggunaannya pada case yang berbeda. Semoga sampai sini bisa dipahami.

CONVERSATION

1 comments:

  1. Mbak, aku program IVF juga, bhcg 113,5 lalu aku iseng testpack hasilnya selalu negatif, padahal telat haidnya udh 8 hari. Itu bagaimna ua mbak??

    ReplyDelete

Back
to top